Mohon tunggu...
sonny majid
sonny majid Mohon Tunggu... Dosen - Dream man dan penikmat kopi

Yang punya anggapan kalau Tuhan itu beserta orang-orang berani.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Buat Milenial, Kiai Ma'ruf Sosok Progresif

13 Desember 2018   11:42 Diperbarui: 13 Desember 2018   11:50 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Dr. KH Ma'ruf Amin/ kamiskot.com

BIJAKSANA dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah al-Hakim. Tujuan dari kebijaksanaan adalah al-Muqsith (keadilan). Membaca Indonesia dengan kacamata al-Hakim secara bijaksana tentunya adalah upaya membangun sebuah negara yang adil. 

Artinya, dalam sebuah komponen negara, keadilan harus adil di dalamnya. Baik di bidang hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya dan lainnya. Kebijaksanaan merupakan sebuah hal istimewa yang sulit dimiliki setiap orang. Tentunya juga jarang dimiliki oleh semua ulama.

Oleh karena itu, kenapa banyak ulama atau pemuka agama yang lisannya "Laa yadulluka ila al-Khair (tidak mengarahkanmu kepada kebaikan), ia malah menebar kebencian, mengolok-olok, bahkan menjadikan hoaks sebagai benteng keyakinan dan kepentingannya. Itu karena kebijaksanaan adalah khashshah (keistimewaan).

Melihat pribadi yang bijak, kita mengenal seorang kiai yang sangat ulet, tekun, dan bersemangat, langkah kakinya pendek, pandangannya selalu lurus ke depan sesekali menunduk, moderat, egaliter, dan dialogis. Tidak pernah menampakkan dirinya sebagai sosok yang penting, berpenampilan ala kiai kampung di pedesaan, tak banyak cakap. Itulah kiai kampung yang didaulat menjadi pasangan Pak Jokowi di Pilpres 2019, KH Ma'ruf Amin.

"Beliau (Kiai Ma'ruf) selalu beranggapan bahwa barometer keadilan adalah sikap kebijaksanaan dalam memutuskan suatu permasalahan. Dimana kepentingan ummat harus dikedepankan," kata Rikal Dikri Muthahhari Direktur Barisan Millenial Kiai Ma'ruf Amin, Kamis (13/12).

Penting untuk diketahui, lanjut Rikal, Kiai Ma'ruf ini bukan tipe ulama yang suka berdiri di belakang sebagai penjaga gawang. Jika diperlukan, beliau tak ragu maju ke depan untuk memimpin. Ini karena beliau mengerti arah mata angin. Di mana ada ummat, di situ ada Kiai Ma'ruf.

Keistimewaan beliau menurutnya adalah kebijaksanaan dalam memandang semua hal, bukan hanya kepentingan golongan saja, ia membawa bahtera besar bangsa ini untuk menjadi lebih baik.

Ia masih ingat ketika Nahdlatul Ulama (NU) diolok-olok sebagai organisasi Muqallidiin (para pentaklid buta), karena ada instrument penting dalam NU yang bernama madzhab. Ketika itu, kata Rikal,  Kiai Ma'ruf bersama para koleganya seperti Kiai Sahal Mahfudz, Gus Dur, Gus Mus, KH Maimoen Zubair, KH Imron Hamzah, dan KH Wahid Zaini membuat sejumlah terobosan penting. Salah satunya adalah dibukanya pintu istinbath dan ilhaq dalam tubuh NU. Ini sudah dikukuhkan dalam keputusan Munas NU di Lampung, 21-25 Januari 1992.

Dibukanya pintu ijtihad baru yang berbentuk istinbath dan ilhaq, ini mematahkan teori lama tentang pentaklidan yaitu segala sesuatu harus seirama dengan teks madzhab, bukan konteks madzhab. Ini sebaliknya. Gerakan ini dalam tubuh NU dinamakan dengan Harakatul Ishlah (Gerakan Pembaharu).  

"Kalau di Muhammadiyah di-istilah Harakat al-Tajdid yang mana istilah ini sangat tabu di kalangan masyarakat nahdliyyin," tegasnya.

Kiai Ma'ruf melahirkan sebuah konsepsi baru dalam berijtihad, tidak melulu menyamakan teks, tetapi juga mengiramakan teks dengan konteks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun