Mohon tunggu...
Darmaila Wati
Darmaila Wati Mohon Tunggu... Administrasi - Freelancer

Hanya setitik upil pada luasnya jagad raya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Xanthippe, Perempuan Paling Mencintai Socrates

25 Maret 2017   22:28 Diperbarui: 25 Maret 2017   22:48 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membayangkan kaki ini berada di sepatu Xanthippe. Perempuan yang kerap dijadikan kiasan dalam sastra sebagai perempuan berperangai buruk. Istri seorang Filosof besar yang dikenang sepanjang sejarah manusia. Siapakah yang bisa mendampingi Socrates? (Coba tempatkan dirimu pada posisi Xanthippe). Suaminya dikenang sejarah karena kebijakannya. Ketika para Sophies di Athena pada 469 SM memungut bayaran tinggi kepada para muridnya. Socrates tidak memungut bayaran apa pun. Padahal hidupnya sangat miskin. Ia mengenakan jubah kumal yang tak pernah berganti. Berjalan tanpa alas kaki sehingga lelucon mengatakan, ia lahir untuk melecehkan pembuat sepatu.

Socrates lebih banyak keluyuran ketimbang di rumah. Berjalan dari satu sudut ke sudut lain, mengunjungi pasar dan alun-alun untuk bertanya tentang kebenaran kepada siapa saja. Entah ia pernah bertanya tentang keinginan hati istrinya. Ia lebih suka duduk di agora (tempat berkumpul di Athena) di bawah barisan patung-patung indah Stoa atau Zeus sambil bercakap-cakap dengan murid-muridnya dan orang lain hingga cahaya bulan meninggi daripada bermesraan dengan istrinya atau bersenda gurau dengan ketiga anaknya.

Socrates yang lebih tua 40 tahun dari Xanthippe dikenang murid2nya sebagai orang yang cerdas, bijaksana, tulus dan humoris. Setiap perkataanya mengandung keindahan dari sebuah kebenaran yang dalam. Berbanding terbalik dengan rupanya; bertubuh pendek, brewok dan botak sebagian, dengan paras bagai kepala kepiting, hidung pesek, bibir tebal, sepasang mata belok di bawah alis berserakan.

Socrates berjalan bagai terhuyung dari gerbang Piraeus hingga gerbang Aigeus untuk menyampaikan "suara ilahi" dalam hatinya. Ia menyapa setiap orang untuk mengajukan pertanyaan mengenai kebenaran yang diyakini umum. Socrates yang lebih melayani orang- orang untuk menajamkam logika berfikir mereka akhirnya dituduh tiga tokoh utama Athena sebagai orang aneh dan jahat.

Socrates didakwa mengingkari dewa-dewa, menyulut pertentangan kaum muda, merusak jaringan sosial masyarakat Athena, seorang manusia yang hendak membongkar perut bumi  dan menyelidiki langit, penyebar bid'ah dan memberi retoris dengan argumen lemah untuk menyalahkan pandangan umum. Akhirnya, dihadapan sidang ia dihukum dengan pilihan, meninggalkan ajaran filosofisnya dan Athena atau mati. Namun ia lebih memilih menunjukkan keteguhan prinsip hidupnya. Entah ia telah berfikir akan meninggalkan istri dan anaknya. Ia tidak sedikit pun gentar meneguk racun. Xanthippe histeris, semua muridnya bersedih..dan ia masih bisa bergurau, "bukan main tingkah kalian..."

Selain Xanthippe, adakah perempuan lain, waktu itu yang setia mendampingi Socrates? Kalau pun ia sangat cerewet, sehinnga banyak yang menanyakan Socrates, kenapa mau menikahinya? Socrates sendiri sudah menjawab, "pelatih kuda, harus bisa menjinakkan kuda paling liar." Sekali waktu Xanthippe marah-marah. Wajar. Suaminya selalu pulang ke rumah tanpa uang dan hanya memberikan pujian, " amarahmu hari ini tidak sebesar biasanya, dan kamu juga jauh lebih baik ketimbang semalam." Sebuah lukisan Otho Vaenhius menggambarkan Xanthippe mengguyurkan air ke kepala Socrates, mengembangkan sebuah anekdot, Xanthippe istri pemarah. Sedang Socrates dengan kesabarannya hanya berkata, "setelah petir, datang hujan.". Tapi sekali lagi, coba kita berada pada posisi Xanthippe... Ia mungkin hanya perempuan umumnya yang menginginkan kehidupan normal. Ia bukan Khadijah yang justru rela  mengorbankan hidupnya demi dakwah suaminya dan tak keberatan jatuh miskin demi kaum dhuafa. Ia juga tidak sesuci Maryam, yang teguh membela kebenaran yang dibawa Isya AS. Ia tidak sesuci Fathimah yang bahkan api neraka saja menjauh darinya. Dan secerdas Asyiah yang mengetahui kebenaran Ilahi bahkan dalam kabut gelap di depannya sekalipun. Xanthippe..hanya perempuan biasa. Yang bisa jadi seperti kita. Dia tidaklah seburuk dalam cerita sastra dan buku sejarah. Ia pendamping Sang Filosof besar hingga maut memisahkan.

Xanthippe..bagaimanapun, adalah pilihan Sang pemikir besar yang berpendapat, " Apapun itu, menikahlah. Kalau kau mendapat perempuan baik, maka kau akan bahagia. Kalau kau mendapat perempuan tidak baik, maka kau akan menjadi Filusuf." Ah.. Xanthippe..bukan berarti ia perempuan buruk.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun