Mohon tunggu...
Soni Herdiansyah
Soni Herdiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa_Pendidikan IPS_Universitas Pendidikan Indonesia

Halo, Kompasianer! Nama saya Soni Herdiansyah, saya berasal dari Purwakarta Jawa Barat :) Saya seorang mahasiswa aktif jurusan Pendidikan IPS S1 Universitas Pendidikan Indonesia. Saya aktif diberbagai organisasi kampus dan masyarakat, suka terhadap dunia pendidikan, sosial, dan literasi. Misalnya, saya telah mendirikan Warga Kota (Keluarga Kompasianer Purwakarta) bersama kawan-kawan Kompasianer lainnya. Menginspirasi bagi saya adalah hakikat sejati untuk membangun negeri, salah satunya melalui tulisan dan aktivitas sosial. Bagi saya Kompasiana adalah platform yang menjadi wadah bagi pemuda untuk menginspirasi Indonesia yang telah saya buktikan dengan aktif menulis sejak tahun 2019 lalu. Terima kasih Kompasiana, semoga terus maju.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Belajar Memotong Pucuk Teh dengan Tea Cutting Machine

31 Januari 2020   16:28 Diperbarui: 31 Januari 2020   16:45 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di kebun teh, bersama Pak Ikang (kiri), saya (depan), Habib (tengah), dan Pak Asep (kanan). | Dokumentasi pribadi

Memotong pucuk teh dengan Tea Cutting Machine,  mempermudah pekerjaan tukang kebun teh,  secara tenaga dan waktu. Teknologi ini perlu untuk terus dikembangkan di Indonesia, melihat potensi perkebunan teh tanah air yang sangat menjanjikan dan mensejahterakan. 

Saat P2M BEM HIMA PIPS UPI di Kampung Cipanganten, Desa Patengan, Jum'at, 24 Januari 2020. Saya berkesempatan untuk membantu warga yang bekerja di perkebunan teh Rancabali. Pagi hari yang begitu cerah,  menambah semangat dalam bekerja.

Perkebunan teh di Kecamatan Rancabali sangat luas. Daunnya terhampar hijau dari ujung ke ujung. Dari data geografisnya,  daerah ini berada pada ketinggian setinggi 1628 dpl. Ketinggian yang cocok untuk wilayah perkebunan teh, karena suhu udaranya yang sejuk.

Perkebunan Teh di Kec. Rancabali. | Dokumentasi pribadi
Perkebunan Teh di Kec. Rancabali. | Dokumentasi pribadi
Tiba diperkebunan teh,  rupanya sudah ada para warga sekitar yang sedang bekerja, yaitu memetik daun teh. Dilihat,  ada yang menggunakan sejenis gunting untuk memotong daun teh,  dan ada yang menggunakan mesin.
Sebelumnya,  saya dan teman-teman sudah meminta izin dan bersedia membantu warga pada hari ini, kepada Mandor atau pengawas Bapak. Agus,  atau akrab disapa H. Agus oleh warga. Kami akan membantu para pekerja kebun teh, yang dibagi ke dalam tujuh kelompok. Satu kelompoknya, terdiri atas lima orang,  yang berarti jumlahnya menjadi tiga puluh lima orang.

Setiap kelompok, ada yang membantu dengan menggunakan gunting untuk memotong daun teh, dan ada yang menggunakan mesin. Kebetulan,  saya kebagian yang menggunakan mesin.

Perjalanan menuju perkebunan teh Kec. Rancabali. | Dokumentasi pribadi
Perjalanan menuju perkebunan teh Kec. Rancabali. | Dokumentasi pribadi
Saya berjumpa dengan bapak-bapak yang sedang bekerja, yang begitu menikmati pekerjaannya memotong pucuk teh dengan menggunakan mesin, mereka terlihat kompak, sambil memegang pegangan mesinnya dari antar sisi, mengikuti pola memanjang kebun teh.

Saya dan teman saya Habib mendekati Bapak-bapak itu, namanya adalah Pak Asep dan Pak Ikang, kami memberitahu keduanya bahwa kami akan membantu mereka bekerja, sambil belajar cara menggunakan mesin pemotong daun teh tersebut. Akhirnya kami diperbolehkan membantu, Pak Asep kemudian memasangkan kami kain dua lapis, bentuknya seperti celemek untuk masak,  panjangnya dari dada sampai ke lutut kaki, berfungsi sebagai baju pelindung.

Lapis pertama,  yaitu dari plastik,  supaya baju kami tidak basah. Lapis kedua,  bahannya dari kain tapi agak kuat, supaya melindungi kami dari batang-batang atau dahan daum teh yang terpotong oleh mesin pemotong. Kemudian,  kedua lapis pakaian itu diikat di belakang pinggang.

Saya perhatikan,  mesin pemotong teh itu, namanya adalah Tea Cutting Machine (Mesin Pemotong Teh), bentuknya memanjang ke samping,  dengan alat pemotongnya berada di tengahnya,  berbentuk seperti gerigi tapi agak panjang. Sebelum menghidupkan mesin,  Pak Asep pun memasangkan kantung di gantungan belakang alat pemotongnya, Pak Asep sebut kantung ini sebagai "balon", karena bisa mengembang bila terisi angin setelah mesin dihidupkan,  jadinya seperti balon.

Pak Asep menjadi operator kami, lalu beliau menunjukkan kepada kami cara menghidupkan mesinnya. Pertama, tekan tombol on pada mesinnya,  kemudian tarik tuas dengan kuat, supaya bagian dalamnya berputar atau mesinnya menyala. Mesin pun kemudian menyala, terdengar suara agak keras dari mesin tersebut,  disertai sedikit asap yang keluar dari cerobong kecil mesin. Langkah selanjutnya,  yaitu merpercepat kecepatan mesin dan menghidupkan alat pemotongnya. Tombolnya tersedia disebelah pegangan saya. Jadi, sebenarnya ada dua pegangan,  yang pertama dekat tombol mempercepat dan menghidupkan alat pemotong. Sementara pegangan lainnya,  berada dekat dengan mesin utamanya, yang kebetulan dipegang oleh taman saya.

Dengan arahan Pak Asep,  saya menggeser ke depan tombol kecepatannya,  seketika mesin langsung bersuara keras,  tanda mesinnya sudah dalam kecepatan tinggi. Kemudian,  saya menggeser tombol alat pemotong tehnya ke depan juga,  jadi posisinya sejajar dengan alat pemotong (tombol atas) dan mempercepat mesin (tombol bawah). Alat pemtong tehnya pun menyala,  seperti sedang menari dan siap memotong pucuk daun teh yang berada di depannya.

Pucuk daun teh memiliki aroma dan rasa terbaik. | Dokumentasi pribadi
Pucuk daun teh memiliki aroma dan rasa terbaik. | Dokumentasi pribadi
Sambil mengangkat mesin dari kedua sisinya secara perlahan yang lumayan berat ini,  kira-kira 17 kg kata Pak Asep. Kami melangkah ke samping mengikuti pola kebun tehnya yang panjang. Mesinpun mulai memotong pucuk teh dengan sangat cepat,  terlihat pucuk-pucuk daun teh langsung masuk ke kantung yang mengembang seperti balon itu. Pak Asep,  terus memantau kami,  dan membantu kami bila mesinnya macet oleh daun teh yang menumpuk di alat pemotongnya. Setelah tiba di ujung,  saya bertukar pegangan dengan teman saya, saya melihat bekas potongan yang telah kami lewati sangat rapih,  seperti rambut yang dipangkas oleh tukang cukur rambut. Sambil terus memotong pucuk daun tehnya,   pergerakan kami kembali ke tempat semula, saat kami memulai memotong. Di sana,  Pak Ikang sudah siap menerima kantung yang telah terisi pucuk teh yang sangat banyak ini, lalu beliau angkut ke tempat penampungan sementara,  yang berada di bawah,  di sana ada teman-teman kami yang sedang mengumpulkan teh juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun