Mohon tunggu...
iswahyudi sondi
iswahyudi sondi Mohon Tunggu... lainnya -

Never give up for the best sake of my country

Selanjutnya

Tutup

Money

Minum Air tanpa Perlu Dimasak (Berani Coba?)

21 Oktober 2010   03:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Beberapa hari yang lalu, perusahaan multinasional  memasang iklan hampir 2 halaman penuh di surat kabar nasional. Mereka meng-iklankan produk baru mereka yang dinamakan Unilever Pureit. Produk ini memiliki fungsi untuk mentransformasikan air tidak siap minum menjadi air siap minum tanpa perlu proses memasak. Cukup dengan mengisi air baku,  buka kran, maka air yang keluar sudah menjadi  air yang siap minum

Produk ini cukup revolusioner untuk di pasarkan di Indonesia. Kebutuhan air minum terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun peningkatan kebutuhan ini tidak bisa dipenuhi oleh PDAM sebagai satu-satunya perusahaan yang diijinkan untuk mengelola sumber daya air. Kebutuhan air minum masyarakat dipenuhi dari berbagai sumber. Sumber utama (terutama di masayarakat pedesaan) adalah air sumur yang dimasak sebelum diminum. Untuk masyarakat yang tinggal di perkotaan dimana air sumur banyak yang tidak memenuhi syarat, kebutuhan mereka dipenuhi dari air tanah (sumur bor) yang kemudian dimasak sebelum menjadi air minum. Bahkan banyak masyarakat yang sudah mulai membeli Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) sebagai sumber air minum bagi keluarga mereka.  Air PDAM, terutama di Jakarta, jarang digunakan sebagai sumber air minum karena kualitasnya yang kurang baik. Air itu terutama digunakan hanya untuk mandi dan cuci saja. Terkecuali beberapa PDAM yang mampu menyediakan air yang langsung siap minum begitu keluar dari kran (PDAM di Kota Bogor adalah salah satunya) Masyarakat kita memiliki kebiasaan turun temurun untuk memasak air sebelum diminum. Bahkan kebiasaan ini juga diajarkan kepada anak-anak mulai dari tingkat sekolah dasar. Terkecuali menggunakan AMDK, saya yakin masyarakat kita masih menggunakan proses memasak untuk mendapatkan air siap minum. Produk ini mencoba untuk mengubah kebiasaan masyarakat sekarang. Dengan perkembangan teknologi, untuk mendapatkan air siap minum tidak perlu lagi dengan memasak. Cukup memasukkan air baku ke dalam tabung maka air yang keluar kemudian sudah menjadi air siap minum. Proses memasak yang berfungsi untuk membunuh bibit penyakit sudah digantikan dengan proses kimia yang berlangsung didalam tabung Produk ini berpotensi sukses seperti Rinso (produk yang dipasarkan oleh perusahaan yang sama). Rinso yang masuk ke Indonesia sekitar pertengahan 70-an, berhasil menjadi penguasa pasar untuk sabun detergen sampai dengan akhir 90. Walaupun sekarang banyak produk sejenis, namun Rinso masih menjadi pemimpin pasar untuk produk sabun detergen. Keberhasilan Rinso ini berkat kesabaran mereka untuk mengedukasi masyarakat dalam menggunakan produk mereka. Sebelumnya, masyarakat lebih senang menggunakan sabun colek dan mencuci di sungai. Dengan Rinso, mereka cukup merendam cucian, mengucek sebentar dan kemudian membilasnya. Proses yang sangat bertolak belakang dengan kondisi saat itu.

Dalam kategori produk pemurnian air, sebenarnya produk ini bukan yang fenomenal. Produk ini merupakan produk pengembangan dari beberapa produk sejenis yang pernah diciptakan. Produk yang cukup fenomenal adalah "Lifestraw". Sedotan yang bisa langsung mengubah air menjadi air siap minum. Cukup cari air yang ada, sedot pake sedotan itu, maka air yang keluar dari sedotan sudah bisa langsung diminum. Produk ini sudah banyak menolong masyarakat di Afrika yang sangat kesulitan air bersih

Akankah produk ini menjadi fenomenal? Apakah kita cukup yakin dengan meminum air yang dihasilkan ini tanpa perlu memasaknya? Kita tunggu saja...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun