Iqra'! Bacalah!. Petikan ayat ini adalah dasar dari setiap ilmu, karena membaca adalah "jendela ilmu". Membaca dalam arti leterlek (membaca buku, koran, dll). Membaca konteks (membaca lingkungan, peristiwa, sejarah, termasuk juga kepribadian seseorang). Contoh ini adalah sebagian kecil makna iqra', bisa jadi, kata ini akan bermakna lebih luas, sesuai dengan perkembangan ilmu, konteks, dan jaman, sebab ia adalah lafdzul 'amm (general word). Darinya pula akan lahir istilah tadabbur (merenungi dan memikirkan sesuatu untuk diaplikasikan).
Sebuah penelitian di Amerika Serikat beberapa waktu lalu membuka cakrawala pikir kita. Bahwa "bahan bacaan" yang dikonsumsi anak-anak, pelajar, dan pembaca di sana, ternyata berdampak atau berefek pada masa duapuluh tahun berikutnya.
Sedangkan sejarah adalah peristiwa atau kumpulan peristiwa yang kemudian terekam dalam jejak dan sanubari manusia, baik disengaja maupun tidak. Bahkan, terkadang peristiwa itu terulang kembali dikemudian hari, ketika manusia jeli.
Di negara kita; Indonesia, konon juga mengalami siklus duapuluh tahunan. Dimulai sejak tahun 1908, lahirlah istilah "Kebangkitan Nasional" yang diprakarsai oleh Boedhi Oetomo, ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi primordial.
Ditahun 1928, lahirlah istilah "Sumpah Pemuda", janji setia kepada bangsa dan negara yang dikumandangkan oleh pemuda dan pemudi Indonesia dari berbagi suku, pulau, dan daerah bertempat di Jakarta. Janji setia terhadap kesatuan negara, yaitu Indonesia serta komitmen terhadap bahasa.
Kemudian pada tahun 1945, dengan susah payah, akhirnya bangsa ini mendapatkan kemerdekaannya dari tangan penjajah. Dalam cacatan sejarah, peristiwa ini Kemudian melahirkan istilah "Kemerdekaan Indonesia" dan "Orde Lama" di bawah pemimpinan Seokarno dan M Hatta.
Ditahun 1966, muncullah gelombang aksi mahasiswa akibat kebijakan pemerintah yang kurang tepat, sehingga menyebabkan inflasi dan melambungnya harga-harga barang pokok hingga tak terjangkau. Dari peristiwa ini lahirlah istilah "Orde Baru" di bawah pimpinan Soeharto.
Seolah baru kemarin, tahun 1998, muncul kembali gelombang aksi mahasiswa dan rakyat menentang kebijakan pemerintah serta meminta president Seoharto turun dari singgasana kekuasaannya. Dari peristiwa ini lahirlah istilah "Orde Reformasi" atau "Jaman Reformasi".
Bisa jadi penelitian di AS tersebut di atas berkoherensi dengan "kita". Sebab, setiap rentetan peristiwa-peristiwa bersejarah yang kita alami, kalau tidak salah, juga terjadi dalam siklus duapuluh tahunan, sebagaimana tersebut di atas.
Kini reformasi itu telah berumur hampir sepuluh tahun, kita tidak tahu, peristiwa apalagi yang akan terjadi dengan negeri ini sepuluh tahun yang akan datang? Kemudian, istilah apalagi yang akan lahir? Kalaulah siklus duapuluh tahunan itu benar adanya. Bisa saja siklus itu terjadi lebih cepat dari perkiraan, atau justru mundur ke belakang, dalam arti terjadi lebih lambat.
Saudaraku...!