Mohon tunggu...
sofyan aziz
sofyan aziz Mohon Tunggu... Pendidik -

Esais dan pendidik tinggal di Rembang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Enaknya Jadi Pengangguran

14 Maret 2019   08:09 Diperbarui: 14 Maret 2019   08:11 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Gebrakan maha dahsyat ditorehkan oleh calon presiden Jokowi dengan masih mengandalkan kartu-kartuan. Kali ini diluncurkkan 3 kartu truf sakti yaitu Kartu Indonesia Pintar Kuliah, Kartu Pra-Kerja, dan Kartu Sembako Murah.

Seberapa sakti kartu ini, kita tunggu episodenya pada april mendatang.

Kartu Pra-Kerja, saya singkat KPK saja ya biar nggak kepanjangan nulisnya nanti, diluncurkan untuk para dedek-dedek kita yang telah kelar sekolah menengah tapi belum dapat kerja alias pengangguran.

Program tunjangan bagi pengangguran memang telah dilaksanakan di berbagai negara, bahkan finlandia 'menggaji' mereka para tuna karya sebesar delapan juta rupiah, wow kan.

Pengangguran ada banyak versinya, seperti pengangguran intelektual yang biasanya disematkan untuk para sarjana kita yang masih jadi tuna karya bahkan tuna asmara, lha ini muncul lagi pengangguran lulusan SMA, entah apa istilahnya ini.

Walaupun besarnya kompensasi atas kepengangguran masih dirahasiakan, tapi kayaknya ini bisa dijadikan alternatif jawaban jika suatu saat ditanya oleh calon mertua, siapa tahu dengan menyandang predikat pelanggan setia KPK lantas bisa mengentaskan dari jurang ketuna asmaraan mereka para low quality jomblo.

Pendidikan adalah pondasi. Tapi memang begini jadinya jika orientasi pendidikan hanya berkutat pada pemenuhan hasrat industrial para pragmatis saja. Pendidikan itu seharusnya membekali manusia sedalam-dalamnya agar menjadi menusia sebenar-benarnya, manusia terampil yang luhur lagi berbudaya.

Memang mereka tidak salah menerima perlakuan pendidikan macam ini, karena input-output-outcome sudah dibuat sedemikian rupa agar menyesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja. Ya kebutuhan kelas para elit perindustrian. Manakala lulusan tidak seperti kemauan dunia industri maka mereka dicampakkan begitu saja, kayak kamu dicampakkan bagai sampah oleh dia, iya kamu......

Lantas apa yang mesti kita lakukan ?`ya ruwet sodara, nggak hanya berkutat pada pembenahan kurikulum teknis semata dan pembenahan serta peningkatan sarana prasarana pendidikan yang tidak hanya job oriented tapi juga menata mental kita sebagai manusia kelas tangan di bawah.

Ingat lho, tangan di atas itu lebih mulia daripada tangan di bawah, tapi ya bagaimana lagi, bayangannya enakan begini kok, tinggal ongkang-ongkang dapat ongkos buat idup, ngapaian bingung repot-repot bawa-bawa map keluar masuk perusahaan.

Pembenahan pendidikan sekaligus memangkas budaya meminta belas kasihan memang dibutuhkan konsep dan praktek yang cerdas, matang dan mumpuni. Hal ini tentunya membutuhkan waktu juga untuk membuktikan keampuhannya. Tidak serba instan seperti junk food yang dibuat secara kilat hasilnya uenak tenan di lidah tetapi menggerogoti kesehatan dalam jangka panjang. Semacam kamu yang sering di-PHP-in, mbribiknya saja lama ternyata cuma sebatas temen atau tukang ojek doang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun