Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kenapa Harus Membela Ahok?

26 Oktober 2014   16:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:41 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14142918781973736702

[caption id="attachment_369308" align="aligncenter" width="603" caption="Membela Ahok adalah membela sejarah baik agar kelak terbaca oleh generasi yang lebih baik (Gbr: Kronosnews)"][/caption]

Di tengah gonjang-ganjing politik nasional, situasi politik DKI Jakarta pun seakan seirama dengan yang terjadi di level di atas daerah ibu kota Indonesia tersebut. Tentu saja, yang teranyar dan masih menjadi sorotan itu adalah soal Basuki Tjahaja Purnama lagi. Di televisi, seorang anggota DPRD DKI berterus terang ingin menggagalkan sosok Ahok menjadi gubernur definitif. Lalu siapa lagi yang akan membela Ahok?

Agak sinis senyum saya pagi ini di depan televisi. Di kotak yang berukuran hanya beberapa inci itu, anggota DPRD yang berhasrat ingin menjegal Ahok itu terlihat seperti seorang guru Pendidikan Moral Pancasila--salah satu pelajaran yang hanya ada di era saya sekolah dulu. Anggota DPRD tersebut menyampaikan dalih, Ahok tak pantas menjadi gubernur karena terlalu sombong, angkuh, dan merendahkan DPRD.

Ketika anggota DPRD seperti ini bicara tentang institusinya itu direndahkan, saya jadi bertanya-tanya, memang siapa yang "meninggikan"--lawan kata merendahkan--figur-figur wakil rakyat seperti ini? Sepertinya anggota DPRD ini melihat dirinya dan lembaganya adalah terhormat walaupun melakukan hal-hal yang tidak terhormat.

Agak lebih sinis lagi, berkelebat di pikiran saya, ada berapa orang anggota DPRD tersisa yang masih waras? Ya, jika menerjemahkan kewarasan sebagai hal yang memiliki ciri masih mampu berpikir dan mendayagunakan akal, seketika saya merasa tidak menemukan ciri seorang politisi waras pada sosok anggota dewan itu.

Kebetulan, sebelum mata saya mengarah ke televisi, di twitter saya juga baru saja agak bersitegang dengan salah satu anggota DPRD dari daerah saya, Aceh. Lagi-lagi, di twitter, saya juga membincangkan Ahok.


Di sana saya menyebut, tak perlulah untuk pasang badan menjadi guru etika untuk sosok seperti Ahok. Lantaran anggota DPRD yang berdebat dengan saya ini menyorot soal Ahok yang cenderung kasar bicara dan disebut olehnya tak ubah seperti preman pasar.

Juga saya cuitkan di twitter, jika masalah yang berselemak di Indonesia harus diselesaikan, maka perjuangan menyelesaikan masalah itu tak ubahnya dengan perang. Jika dalam perang masih berharap adanya pemberi komando berbicara sopan santun, saya pikir, maka yang berharap begitu pastilah mereka yang terlalu banyak membaca novel-novel stensilan dengan sisi romantisme yang dipaksakan.

Beberapa cuit saya yang terkesan membela Ahok, membuat saya juga terkena tudingan terlalu resisten. Hingga saya menegaskan, agar dibedakan antara menunjukkan sudut pandang dengan resistensi.

Lagi-lagi sudut pandang di tengah fenomena Ahok memang tak ada yang keliru, jika menggunakan kacamata keliru-tak keliru. Karena masing-masing yang menyampaikan sudut pandang itu memiliki landasan tersendiri, sehingga menyimpulkan begini dan begitu. Masalahnya, jernih-tak jernih, ini yang disayangkan, karena cenderung menyesatkan.

Simak saja, bagaimana pikiran yang dikemukakan oleh mereka yang antipati terhadap sosok Ahok. Mereka lebih peduli dengan bagaimana cara Ahok bicara alih-alih bersedia membuka mata atas apa yang dilakukan olehnya. Padahal jamak diketahui, cara bicara yang terlalu dibuat-buat kerap berujung pada pekerjaan yang mengada-ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun