Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Prabowo dan Bakat Debat Warung Kopi

19 Februari 2019   22:22 Diperbarui: 19 Februari 2019   22:51 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat petahana bisa tampil dengan berlandaskan data, Prabowo sebagai penantang tampil tanpa memusingkan soal data - Foto: VOAIndonesia

"Dari 2.789 kata yang keluar dari mulut Prabowo, ia hanya menyebut angka dalam 20 kali. Jumlah ini amat timpang dibandingkan Jokowi yang menyebut angka sebanyak 98 kali," begitulah catatan dari salah satu media, Tirto.id, tak lama setelah Debat Capres 2019 putaran kedua, Minggu 17 Februari 2019. 

Pentingnya angka di sini tak lain karena berkaitan dengan data. Akan teraba dengan jelas, siapakah di antara kedua calon presiden yang tampil berdebat dan betul-betul berpijak pada data. Tentu saja, dalam sebuah debat, data menjadi senjata terkuat daripada sekadar retorika.

Berbicara tanpa data, atau dengan data yang minim, takkan berbeda dengan obrolan pinggir jalan atau obrolan lepas di warung kopi. Di tempat-tempat itu, perdebatan bisa  dimenangkan oleh siapa yang bersuara paling menggelegar, siapa yang mampu mengintimidasi lawan dengan mata melotot, dan alasan-alasan sejenis. 

Namun mesti diakui, inilah yang terjadi di pentas debat tersebut, masih segar di ingatan banyak orang, dan masih terus menjadi perbincangan berbagai media. 

Persoalannya lagi adalah saat Prabowo dibuat berkeringat oleh petahana Joko Widodo (Jokowi), pengikut Capres 02 tersebut justru harus berdarah-darah membelanya. Bagaimana tidak, berkali-kali Prabowo melakukan blunder, Jokowi tinggal melakukan "smash" langsung ke wajahnya, dan pengikut petahana tinggal melambungkan di media sosial dengan obrolan terbilang santai. 

Namun sekali lagi, inilah yang justru membuat pengikut Prabowo harus berdarah-darah supaya efek buruk dialaminya di panggung debat tidak menggerus suaranya di Pilpres 2019 ini.

Di sisi lain, pemandangan ini juga dapat dibaca sebagai sebuah ketidakbecusan orang-orang di balik Prabowo dalam  menyiapkan berbagai amunisi menjelang debat. Prabowo memiliki pengikut yang lihai melambungkan perasaannya, namun tidak mampu memberikannya kontribusi penting untuk ia dapat menghadapi "pertarungan" berupa debat.

Sementara, bukan rahasia, panggung debat tersebut memang memiliki dampak sangat serius. 

Bagi calon pemilih yang sudah menetapkan pilihan, hasil di atas panggung menentukan seberapa yakin mereka untuk tetap bertahan memilihnya. 

Bagi calon pemilih yang belum menetapkan pilihan, hasil perdebatan itu menentukan kepada siapakah mereka pantas memberikan kepercayaan berupa suaranya pada April nanti.

Apalagi, berkali-kali Prabowo melakukan "bunuh diri" lewat pernyataan-pernyataannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun