Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fantasi HTI dan Gerakan Radikal Setara Efek Narkotika?

27 September 2018   09:30 Diperbarui: 27 September 2018   09:40 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hizbut Tahrir dan ide yang membahayakan Indonesia - Gbr: indonesiaatmelbourne.unimelb.edu.au

"Sebagai sesuatu yang hanya memberi hiburan ketenangan semu atau palliative, kultus dan fundamentalisme sama berbahayanya dengan narkotika."

Mendiang Nurcholish Madjid, mengucapkan kalimat tersebut saat ia berpidato di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta. Sudah lama, karena pernyataan itu disampaikan pada 21 Oktober 1992.

Tentu saja, pernyataan sosok yang terkenal dengan panggilan Cak Nur ini tidak lepas dari pengamatannya sendiri. Terlebih beliau juga merupakan figur yang hidup di lingkungan santri dan akrab dengan pelbagai pemikiran dunia.

Adalah hal yang faktual jika melihat betapa fundamentalisme akhirnya hanya membuat agama jadi terkesan tidak ubahnya narkotika. Ketika ada masalah hidup, alih-alih memaksimalkan usaha untuk menuntaskan masalah, banyak yang akhirnya lari dari masalah dan agama sekadar menjadi pelarian. Semestinya agama menjadi sesuatu yang agung, membawa manusia pada keagungan kemanusiaannya, justru akhirnya terjerembab ke dalam fantasi dan halusinasi indah.

Alih-alih dapat membawa solusi, mereka akhirnya hanya melahirkan masalah demi masalah lain; perbenturan satu kelompok dengan kelompok lain, memicu satu konflik dengan konflik lain, dan penzaliman satu golongan terhadap golongan lain yang dianggap sebagai kebenaran karena meyakini itulah yang diinginkan Tuhan. Di sana mereka mengalami ekstase, perasaan melayang, dan hanya peduli pada apa yang bisa memberikan mereka kenikmatan tanpa peduli bahaya-bahaya yang dapat diakibatkannya.

Belakangan, apa yang disampaikan Cak Nur pun dibenarkan oleh seorang ilmuwan bernama Francis Fukuyama. Persis satu dekade setelah Cak Nur berbicara di Cikini. Fukuyama menyatakan bagaimana kelompok agama yang sudah mencapai tingkat radikal memang sepantasnya dilawan.

Pernyataan Fukuyama itu sendiri tercatat di edisi khusus Newsweek, Desember 2001-Januari 2002. Jika dihalusbahasakan, kelompok radikal yang tidak toleran atas segala keberagaman dan suara berbeda, telah menjadi kelompok fasis di zaman sekarang. Jadi, mereka itulah yang sedang kita lawan."

Jika menyimak kedua pernyataan itu cukup jelas, perlawanan terhadap radikalisme bukan sekadar karena alasan seorang intelektual kebetulan tidak menganut satu agama tertentu. Bukan juga sekadar alasan bahwa seseorang membenci agama tertentu. Namun memang karena para ilmuwan ini melihat ada kekeliruan dari kelompok tertentu dalam membawa pengaruh agama terhadap realitas, sehingga agama yang awalnya lahir dan ada untuk mengubah yang buruk menjadi baik justru berbelok. Alih-alih memperbaiki justru belakangan, di tangan sebagian orang, justru memunculkan kesan menakutkan atau bahkan menyeramkan.

Ah, jangan-jangan yang ketakutan itu, atau yang menuding agama berubah menakutkan, hanya karena kurang iman saja. Orang yang jauh dari Tuhan, dekat dengan setan, wajar sampai menilai agama menakutkan. Ya, tudingan seperti itu memang rawan bermunculan, dan bahkan bisa dibilang mudah untuk ditemukan di berbagai media sosial atau perbincangan sehari-hari.

Padahal tidak melulu begitu. Agama menjadi terlihat menyeramkan karena di tangan sementara orang, arah baik dari agama justru acap digunakan sebagai senjata untuk merusak yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun