Mohon tunggu...
Money

Membangun Ekonomi Umat Islam

4 April 2017   16:16 Diperbarui: 5 April 2017   01:00 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Gema abad 21 yang sering diidentikkandengan sebutan abad “globalisasi”telah merambat hingga ke tingkat pedesaan. Sehingga konferensi dan seminar termasuk pengajian yang sudah beramai-raai membicarakannya, walaupun sosoknya masih seperti bayang-bayang dan definisinya juga belum ada kesepakatan.

Globalisasi akan menimbulkan dampak negatif, tapi juga ada celah yang membawa dampak positif, yaitu apabila yang menghadapi mempunyai persiapan yang matang. Justru timbul kesepakatan baru untuk tunjukkan kemampuan. Dan juga dapat menjadi kesempatan bagi ekonomi islam atau bentu aktifitas yang berkaitan dengan ekonomi yang berlandasan syariah untuk bersaing secara global. Terlebih dahulu kita bahas tentang bayang-bayang globalisasi.

  • Globalisasi adalah suatu bayangan

dengan era globalisasi berarti bahwa dunia seolah-olah tanpa memiliki batas-batas wilayah dan waktu. Sesuatu yang terjadi di belahan bumi bagian barat dalam waktu yang bersamaan dapat diikuti oleh penghuni bumi bagia timur. Dalam waktu yang bersamaan, “idiologi” pasar bebas atau liberalisasi perdagangan yang telah di dengung-dengungkan sejak beberapa tahun yang lalu menjadi kenyataan.

  • Mengubah tantangan menjadi kesempatan

Kalau globalisasi itu intinya kompetisi, maka berarti kompetisi itu sendiri merupakan tantangan bagi mereka yang ragu atau balum siap untuk melakukannya. Bagi mereka yang tidak siap apalagi takut, kompetisi malah akan menjadi ancaman yang menakutkan, dan globalisasi akan menggilasnya. Bagaimana dengan umat islam? Umat islam perlu mempunyaibeberapa tahapan persipan, yakni dengan mengubah mentalitas untuk siap bertarung dalam kompetisi. Dengan demikian akan timbulnkeinginan untuk mempersiapkan SDM untukmengarungi pasar bebas dengan segala action plannya, dan kesempatan emas mengambangkan ekonomi atau bisnis syari’ahnya.

  • Mengubah sikap mental

kondisi umat islam saat ini sedang dalam keterpurukan. Ketika menghadapi globalisasi memerlukankesiapan ang fit, kini harus mundur selangkah mempersiapkan diri untuk mengubah mentalitas terlebih dahulu. Mengubah ini mencakup sikap, kesadaran dan kesanggupan diri untuk menghdapi perubahan. Hanya umat islam itu sendiri yang mampu merubah dirinya untuk siap berkompetisi. Baru kemudian setelah mental siap, kita harus meperiapkan kemampuan berkompetisi.

            Dalam rangka memperbaiki kehidupan umat islam, hendaknya memahami hal-hal berikut:

  • Segala gerak gerik manusia aka nada record-nya sampaiyang detail sekalipun, karna sudah ada malaikat yang di beri tugas oleh allahkeyakinan ini akan menjadi landasan etika dalam berbuat dan sekaligus dalam meningkatkan kemajuan ekonomi.
  • Allah memberikan otoritas kepada kaum untuk menentukan pilihannya, namun akan memberikan konsekuensi berupa reward atau punishment. Allah tidak akan serta merta merubah begitu saja, namun member otoritas pada diri kaum itu sendiri untuk mau berubah atau tidak.
  • Perubahan mentalitas sangat ditentukan oleh diri sendiri bagi kaum. Ini juga berlaku bagi individu-individu.artinya individu untuk urusan pribadinya, atau urusan kaum untuk kaumnyayang hanya dapat mengubah keadaannya sendiri.
  • Pada akhirnya tetapallah yang palig berkuasa dan menentukan segalanya. (namun allah tetap menghargai upaya siapa saja untuk dirinya sendiri)
  • Husnu al-zhan kepada allah: berfikir positif

Berkaitan dengan mengubh sikap mental diri dan kesuksesan kerja, mungkin akan muncul banyak pertanyaan. Dari pada pesimis sampai dengan masalah taqdir. Bahkan juga akan mempertanyakan kemungkinan berubah bagi merea yang sudah dewasa. Ada sebagian orang yang selalu pesimis, dengan menganggap bahwa sebuah system yang sudah tidak berpihak kepada orang orang seperti dia. Ada yang menganggap bahwa sudah menjadi takdir, bahwa orang seperti dia sudah tidak mungkin maju dan berprestasi

  • Prestasi: istikomah, sungguh-sungguh, sabar, ulet dan tidak cepat putus asa

Setelah kita husnu al-zhan kepadaallah, kita lanjut lagi bahwa prestasi merupakan konsekuensi dari kerja keras yang harus kita lakukan.kita harus yain bhwa kita akan memperoleh hasil yang setimpal dengan apa yang telah kita upayakan; syukur hasilnya bisa lebih besar dari upaya yang telah kita lakukan.

  • Kompetisi sebaga ibadah

Selanjutnya kita harus sanggup meletakkan kompetisi sebagai praktek ibadah, sehingga harus diajarkan sejak dini. Sebab bukan hanya kompetisi sebagai ajaran islam, namun untuk memperoleh masa depan lebih baik dalam kehidupan, dan untuk memperoleh kesuksesanbagi setiap generasi, kompetisi ini harus dijadikan sikap mental sejak dini, shingga juga dapat di amalkan sejak dini pula.

  • Ijtihad: kreativitas dan inovasi

Ijtihad merupakan salah satu topic dalam kajian islam, biasanya dibahas dalam kajian hukum islam. Di dalam kenyataannya, bukan hanya praktek ijtihad sangat jarang, kalautidak mau disebut tidak pernah, ijtihad biasanya dpelajari secara pasif. Saya katakana pasif,oleh karena yang biasa terjadi haya berbincang mengenai masalah kajian ijtihad masa lalu. Seharusnya ijtihad di kaji dan di pelajari secara aktif, yang mencakup kajian untuk masa kini, dan juga progresif yang akan menciptakan inovasi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun