Di tengah pesatnya perkembangan tren kuliner modern, sejumlah makanan tradisional Indonesia mulai mengalami penurunan popularitas, salah satunya adalah rujak cingur. Hidangan khas dari Surabaya ini menawarkan kombinasi rasa yang unik, meliputi gurih, manis, asin, dan segar, dengan tekstur kenyal dari cingur yang menjadi identitasnya. Sayangnya, saat ini makanan ini semakin kurang diminati, terutama oleh generasi Z. Banyak di antara mereka yang menganggap rasanya aneh, kurang cocok di lidah, atau bahkan belum pernah mencobanya sama sekali.
Dengan cita rasa yang luar biasa, juga perpaduan dari tekstur kenyal cingur dan berbagai bahan tambahan lainnya, apalagi harganya yang sangat terjangkau. Rugi rasanya jika tidak dikenalkan kepada generasi muda sekarang. Tentu saja, cita rasanya tidak kalah dari berbagai makanan modern sekarang.
Ternyata rujak cingur tidak langsung dibuat dari leluhur orang Surabaya, lho. Beginilah perjalanan dari rujak cingur hingga jadi makanan khas Surabaya yang diyakini berasal jauh dari negara Mesir. Menurut Fimela yang dilansir dari Pegipegi, diceritakan dahulu ketika Raja Firaun Hanyokrowati masih bertahtah dan berulang tahun beliau memanggil seluruh juru masak istana untuk menyajikan makanan istimewa untuk dirinya. Sayang tidak ada yang cocok di lidah.
Karena tak ada yang sanggup memuaskan sang raja, punggawa kerajaan pun membawa seseorang yang bisa menyajikan hidangan enak untuknya. Orang itu bernama Abdul Rojak. Singkatnya, Abdul Rojak berhasil memikat sang raja karena kelezatan makanannya yang dibungkus daun pisang tersebut, sampai membuat raja berkeringat karena terlalu nikmat. Ia akhirnya mendapatkan hadiah kapal laut dan sebidang tanah. Tidak hanya itu, bahkan dirinya diangkat menjadi juru masak istana. Tidak serakah, ia hanya mengambil kapal lautnya saja untuk mengembara, dan sampailah ia di Tanjung Perak, Surabaya. Dari situlah Rojak mulai menyebarkan resep yang ia masak untuk sang raja.
Rujak Cingur juga telah mengalami beberapa modifikasi, seperti, cingur unta yang diganti dengan cingur sapi. Di Indonesia tentu saja sangat sulit untuk mencari cingur unta, maka dari itu diganti dengan cingur sapi. Rujak sendiri diambil dari nama penciptanya, Rozak dan cingur adalah bahan makanannya. Dansir dari Wikipedia, kata "cingur" sendiri berarti "mulut", merujuk pada mulut atau moncong sapi yang telah direbus dan dibersihkan. Ini merupakan bahan utama hingga disebut rujak cingur. Cingur ini disajikan bersama beberapa bahan lainnya, seperti mentimun, krai, lontong, tahu putih goreng, tauge, tempe goremg, bendoyo dan kangkung yang kemudian diatasnya disirami dengan bumbu kacang lezatnya. Bumbu kacang ini dibuat dari petis, biasanya menggunakan petis Madura, kacang tanah yang sudah di goreng, gula merah, garam, dan cabai sesuai selera. Membayangkannya saja sudah membuat saya meneteskan air lieu. Petisnya nendang, cingurnya empuk, sekali suap, pasti langsung lahap!
Selain mempunyai kekhasan tersendiri ternyata juga terdapat manfaat dari mengkonsumsi Rujak Cingur ini sendiri. Menurut HaloDoc, berkat kandungan nutrisi yang ada pada olahan Rujak Cingur, ada banyak manfaat rujak cingur yang baik untuk kesehatan tubuh. Ada banyak manfaat rujak cingur yang baik untuk kesehatan tubuh. Mulai dari mencegah hipertensi, menurunkan kadar kolesterol, memperkuat tulang, hingga menghitamkan rambut. Karena mengandung kalori, protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin A. Meskipun bahan-bahan dalam rujak tergolong sehat, tapi bumbu kacang yang menjadi pelengkap bisa membuatnya menjadi tidak sehat. Karena, bumbu ini mengandung banyak kalori. Jadi, bila ingin mengonsumsinya, sebaiknya batasi penggunaan bumbu kacang. Memang berlebihan itu tidak baik, teman!
Rujak Cingur adalah makanan yang sangat unik dilihat dari sisi bahan yang digunakan. Diharapkan pula dapat memperkuat kebudayaan daerah di Indonesia karena kita sebagai anak muda merupakan penerus bangsa dan bagian dari agent of change. Melihat banyaknya junk food di era sekarang membuat makanan-makanan tradisional khas daerah seperti rujak cingur ini mulai tergeserkan. Bukan hanya itu, keberadaan para umkm pun jadi ikut berdampak yang membuat umkm menjadi tidak berkembang.
Hal yang dapat dilakukan untuk tetap mengeksiskan makanan tradisional tentu saja tidak lepas dari peran kita sebagai generasi muda. Salah satunya yaitu kita dapat mengadakan festival kuliner khas daerah, kita juga dapat memperkenalkan makanan daerah yang kita ketahui dan sukai kepada teman teman yang belum pernah mencobanya. Seperti rujak cingur ini tadi, Raja Firaun aja tertarik, masa kamu cuma melirik? Melestarikan berbagai makanan khas daerah bukan hanya tugas dari satu atau dua orang, tapi kita semua sebagai anak muda yang digadang gadang sebagai generasi emas Indonesia.
Sumber referensi:
Kirana, Febi Anindya. (2022, 4 Maret). Sejarah Rujak Cingur yang Jadi Makanan Khas Surabaya. Jakarta: fimela.com. Diakses pada 28 Februari 2025 https://www.fimela.com/food/read/3869079/sejarah-rujak-cingur-yang-jadi-makanan-khas-surabaya