Mohon tunggu...
Slamet Samsoerizal
Slamet Samsoerizal Mohon Tunggu... Fiksi dan Nonfiksi

Penggagas SEGI (SElalu berbaGI) melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film

Alien: Earth, Prekuel Seram yang Membawa Xenomorph ke Bumi

14 Agustus 2025   07:49 Diperbarui: 14 Agustus 2025   07:49 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adarsh Gourav sebagai Slightly dan Sydney Chandler sebagai Wendy dalam Alien: Earth. Episode 2 (Sumber: Patrick Brown-FX/time.com/ssdarindo)

Alien: Earth hadir bukan hanya sebagai hiburan baru, tetapi sebagai prekuel Alien yang mengguncang batas imajinasi dan memaksa kita bertanya apakah manusia memang layak bertahan. Serial horor fiksi ilmiah ini mengambil latar di tahun 2120, hanya dua tahun sebelum peristiwa film Alien pertama, namun berbeda dari kisah klasiknya---kali ini bukan ruang angkasa yang menjadi arena teror, melainkan Bumi sendiri.

Di bawah langit Dystopian yang dikendalikan mega-korporasi, Alien: Earth memperlihatkan betapa rapuhnya moralitas manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan dan teknologi. Noah Hawley, sang kreator yang sebelumnya sukses dengan Fargo dan Legion, membawa nuansa gelap sekaligus filosofi ke dalam cerita ini. Hawley menolak membuat kisah ini sekadar parade monster; baginya, ini adalah refleksi suram tentang keserakahan, etika yang runtuh, dan masa depan yang mungkin sedang kita tuju.

Tokoh utamanya, Wendy---diperankan Sydney Chandler---adalah makhluk hybrid pertama: jiwa seorang anak yang ditanamkan ke dalam tubuh sintetik canggih. Dibesarkan dalam lingkungan eksperimen yang dingin, Wendy memimpin misi berbahaya untuk menyelidiki kapal misterius yang jatuh. Di sanalah ancaman Xenomorph menunggu, membawa kengerian yang kita kenal sekaligus mengungkap lapisan rahasia baru. Menariknya, Hawley menambahkan sentuhan Peter Pan: kelompok hybrid anak-anak yang disebut "Lost Boys," lengkap dengan nama-nama seperti Tootles, Slightly, dan Smee---simbol masa kanak-kanak yang dicuri oleh ambisi korporasi.

Namun yang membuat Alien: Earth benar-benar mencengkeram adalah keberaniannya mengaburkan batas antara kemanusiaan dan teknologi. Monster memang ada, tapi horor terbesarnya adalah manusia itu sendiri---yang memanfaatkan teknologi untuk memperbudak, mengeksploitasi, bahkan mengutak-atik konsep kehidupan dan kematian. Karakter Boy Kavalier, diperankan Samuel Blenkin, menjadi personifikasi penguasa baru: seorang miliarder eksentrik yang menggunakan kekayaan tak terbatas untuk menciptakan dunia sesuai visinya.

Secara visual, serial ini memadukan estetika retro-futuristik dengan efek praktikal yang memukau sekaligus bikin nek. Selain Xenomorph, penonton akan bertemu makhluk baru seperti T Ocellus---rancangan yang terinspirasi dari organisme laut. Namun diubah menjadi mimpi buruk yang bernafas. Setiap detailnya dibuat untuk memancing rasa jijik sekaligus kagum.

Sejak tayang perdana di FX Hulu pada 12 Agustus 2025, Alien: Earth mendapat sambutan kritis yang luar biasa. Rotten Tomatoes memberi label Certified Fresh. Sementara Metacritic mencatat skor 87---tanda bahwa ini bukan hanya tontonan bagi penggemar lama, tetapi juga magnet bagi penonton baru yang haus cerita horor dengan kedalaman emosional dan sosial.

Dengan durasi yang memungkinkan eksplorasi karakter dan dunia yang lebih luas, Alien: Earth memberikan pengalaman yang tak mungkin dihadirkan oleh film layar lebar berdurasi dua jam. Hawley memanfaatkan medium televisi untuk membangun ketegangan secara perlahan, memberi waktu pada penonton untuk tenggelam dalam atmosfer korupsi korporasi, kesepian karakter, dan rasa takut akan masa depan.

Lebih dari sekadar hiburan, serial ini adalah cermin gelap terhadap realitas kita. Tema penguasaan teknologi oleh korporasi raksasa terasa relevan di tengah dunia yang semakin dikendalikan oleh segelintir perusahaan global. Saat menonton, sulit untuk tidak membayangkan kemungkinan bahwa kita sedang berada di jalur yang sama menuju dystopian seperti yang digambarkan di layar.

Bisa dibilang,  Alien: Earth adalah undangan untuk merasakan ketakutan yang tidak hanya datang dari luar angkasa, tetapi juga dari hati manusia sendiri. Dengan paduan teror visual, narasi filosofis, dan kritik sosial, serial ini menempatkan dirinya sebagai salah satu karya horor fiksi ilmiah terbaik dekade ini. Bagi penggemar prekuel Alien maupun penikmat cerita berlapis, ini adalah tontonan wajib---dan mungkin peringatan yang tak boleh diabaikan.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun