Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(4) Banjir: Berkah atau Musibah?

4 Maret 2025   23:13 Diperbarui: 4 Maret 2025   23:24 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

(4) Banjir: Berkah atau Musibah?

Selain karena kehendakNya, banjir sering terjadi akibat ulah manusia. Di +62, selama ini lazim banjir air mata karena kemiskinan dan penderitaan rakyat. Lalu, banjir PHK, banjir korupsi, dan banjir parah di Bekasi.

(Supartono JW.04032025)

Di bulan Ramadan 1446 Hijriah yang penuh rahmat, ternyata di +62 yang selama ini lazim banjir air mata karena kemiskinan dan penderitaan rakyat, juga banjir PHK, banjir korupsi, dan banjir parah di Bekasi.

Di hari keempat ibadah Ramadan ini, saya tidak memotret berbagai kisah "banjir" di Indonesia. Tetapi, fokus pada potret banjir di Bekasi.

Sejatinya, selain karena kehendakNya, banjir air itu juga akibat ulah manusia, seperti penebangan hutan yang di luar batas, pembuangan sampah sembarangan, dan pembangunan di daerah resapan air.

Banjir musibah

Terkait banjir, ada banjir yang membawa berkah. Banjir dapat mengisi kembali air tanah.
Banjir dapat menyuburkan dan memberikan nutrisi kepada tanah. Banjir dapat menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering.

Tetapi banyak banjir yang menjadi musibah. Banjir juga dapat disebabkan oleh ulah manusia, seperti: penggundulan hutan, penggunaan lahan yang kurang tepat, pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir, penyempitan alur sungai, dll.

Khususnya banjir yang terjadi di Bekasi, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menilai banjir yang melanda Kabupaten dan Kota Bekasi akibat lingkungan yang sudah rusak karena nafsu melakukan pembangunan yang ugal-ugalan. Dedi menyebut banjir paling parah di Jawa Barat terjadi di Bekasi. Namun, di daerah lain seperti di Purwakarta juga ada.

"Kalau nafsu buat membangun dihajar habis, ini akibatnya, ini problem dari lamanya kita abai terhadap lingkungan dan ini saatnya kita mengevaluasi diri," ujar Dedi kepada awak media usai menghadiri groundbreaking perumahan ASN Polri di Karawang, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun