Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional dan sosial. Konsultan pendidikan independen. Prakitisi dan Narasumber pendidikan. Praktisi Teater. Pengamat sepak bola nasional. Menulis di berbagai media cetak sejak 1989-2019. Ribuan artikel sudah ditulis. Sejak 2019 rehat menulis di media cetak. Sekadar menjaga kesehatan pikiran dan hati, 2019 lanjut nulis di Kompasiana. Langsung meraih Kompasianer Terpopuler, Artikel Headline Terpopuler, dan Artikel Terpopuler Rubrik Teknologi di Akun Pertama. Ini, Akun ke-Empat.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Butuh Keteladanan Karakter Tidak Berbohong

24 Mei 2023   18:05 Diperbarui: 24 Mei 2023   18:09 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Lari dari kenyataan, lalu berbohong antara sadar dan tidak sadar, namanya penyakit mythomania. Berbohong tetapi sadar, malah santun, siapa yang gemar melakukan dan terus memberikan keteladanannya?

(Supartono JW.24052023)

Menguak kebohongan-kebohongan para pemimpin dan elit politik di negeri ini, terlebih dalam rangka tahun politik 2024, sejatinya tidak sulit. Tetapi, karena kebohongan-kebohongan tersebut berdasarkan skenario dan penyutradaraan yang santun, maka para aktornya pun memainkan sandiwara kebohongan demi mendapatkan simpati rakyat dengan santun pula. Sehingga, masyarakat yang menjadi sasaran tembak, terutama yang belum terdidik, sangat mudah untuk terpedaya.

Terlebih, berbohong yang sudah "mendarah daging" dalam diri manusia, dari setiap kita, bisa saja menelaah, apa benar dalam hidup ini kita belum pernah berbohong? Orang yang paling jujur saja, ada kemungkinan pernah berbohong, paling tidak berbohong kecil-kecilan. Bisa juga kepada orang lain ada kemungkinan dia belum pernah berbohong.

Budaya Timur dan Barat

Masyarakat juga setidaknya perlu memahami tentang seluk-beluk kebohongan. Seseorang bisa berbohong diakibatkan beberapa faktor, seperti karena sedang tertekan, terpengaruh lingkungan, menghindari masalah, membela diri, menipu, memfitnah, menyuap, maupun melakukan pencitraan diri demi meraih jabatan atau kedudukan tertentu.

Pada tahun 1905, seorang psikiater bernama ferdinand dupr memperkenalkan istilah mythomania. Mythomania adalah kecenderungan berbohong yang dimaksudkan bukan untuk menipu/mengelabuhi orang lain, tetapi justru untuk membantu dirinya sendiri mempercayai/meyakini kebohongannya sendiri. 

Berbeda dengan seorang pembohong biasa yang sadar bahwa ia tengah berbohong dan mampu membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan. Seorang mythomaniac tidak sepenuhnya menyadari bahwa ia sedang berbohong. ia tidak mampu membedakan antara kenyataan yang berasal dari imaginasinya dan kenyataan yang sebenarnya.

Kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh seseorang yang mengidap  mythomania cenderung di luar kesadaran,  artinya dia tidak tahu/tidak sadar bahwa orang lain akan merasa terganggu dengan kebohongannya, karena yang terpenting baginya adalah dirinya mendapat pengakuan oleh sekelilingnya, pengakuan terhadap kenyataan yang ingin ia wujudkan demi melarikan dirinya dari kenyataan sebenarnya yang tidak mau ia terima, dengan tanpa rasa menderita.

Penyebab seseorang terkena mythomania biasanya terjadi karena adanya kegagalan-kegagalan dalam kehidupannya.  Kegagalan dalam hal studi, masalah keluarga, kisah-kisah sentimental, bahkan kegagalan dalam hal pekerjaan. Pendek kata, dia ingin melarikan diri dari semua image tentang dirinya sendiri. Semakin orang lain mempercayai kebohongannya, semakin ia terbantu untuk lepas dari image nyata tentang dirinya yang sulit ia terima itu.

Berbeda dengan pengidap mythomania, apabila kita merujuk pada ajaran Islam, tentu berbohong bagaimana pun bentuknya adalah dosa. Dalam Islam hanya diperbolehkan berbohong dan dimaafkan dalam tiga kondisi, yaitu bohongnya suami pada istri untuk menyenangkan hatinya, bohongnya seseorang pada dua orang yang sedang berselisih agar keduanya rukun kembali, dan bohong kepada musuh dalam peperangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun