Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menumbuhkan Sikap Peduli, Militansi, Simpati, dan Empati

16 Mei 2020   11:08 Diperbarui: 16 Mei 2020   11:11 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Supartono JW

Bila masih saling menyapa dalam lisan atau tulisan, itulah wujud di antara rasa peduli, militansi, simpati, dan empati untuk kekeluargaan dan persaudaraan. (Supartono JW.16052020). 

Pernahkah Anda menjumpai orang-orang yang selalu murah senyum, tegur sapa, saling menghargai, saling memotivasi, saling mendukung, saling mensuport, dan lain sebagainya baik di dalam lingkup keluarga, pertemanan, persahabatan, kekeluargaan, organisasi, instansi, institusi dll? Jawabnya, tentu pernah. Mengapa hal itu terjadi? 

intrik/taktik/politik  dan polos/lugu

Bisa jadi, bagi kalangan terdidik dan yang bermain di "politik", sikap tersebut dalam rangka menunjang kinerja sesuai niat benar dan baik atau bahkan sebaliknya demi niat tidak benar, tidak baik, atau niat jahat dan sebagai bagian dari sandiwara intrik dan taktiknya. Pura-pura baik demi maksud terselubungnya, sehingga orang lain/lawannya jadi terkecoh. 

Sementara, bila sikap tersebut dilakukan oleh orang yang "polos" dan "lugu", maka sebagai sikap yang benar dan tulus dari hati terdalam, tanpa embel-embel lainnya. Namun, orang-orang yang polos seperti ini juga lebih sering menampakkan sifat aslinya, bila tidak suka dan tidak respek ya akan seperti orang yang tuli dan buta, tak punya perasaan. Mengapa demikian? 

Sebab, setiap individu dalam keluarga, pertemanan, persahabatan, kekeluargaan, organisasi, instansi, institusi, parlemen hingga pemerintahan dll, sejatinya memiliki rasa peduli, militansi, simpati, dan empati yang sama. 

Bagaimana bila kemudian, kehidupan  berjalan dengan proses normal tak ada intrik, taktik, dan politik  dalam berkeluarga, pertemanan, persahabatan, kekeluargaan, organisasi, instansi, institusi, parlemen, hingga pemerintahan dll, itu ada individu yang berubah rasa pedulinya, tak lagi militan, jauh dari simpati dan empati? 

Bila dalam proses perjalanan, faktanya ada individu yang perasaan dan karakternya berubah tak lagi peduli, militan, simpati, dan empati, maka harus ada tindakan tegas agar situasi dan kondisi dalam keluarga, pertemanan, persahabatan, kekeluargaan, organisasi, instansi, institusi, parlemen, dan pemerintahan dll, kembali normal atau terselamatkan dari bahaya hancur atau bubar dan kisruh. 

Selama ini, banyak masalah individu baik di dalam keluarga, pertemanan, persahabatan, kekeluargaan, organisasi, instansi, institusi, parlemen, dan pemerintahan dll, yang hanya memikirkan kepentingan sendiri, memikirkan egonya sendiri, kelompok hingga gerbongnya sendiri,  bila merasa butuh hadir, namun bila tak butuh mangkir. 

Lebih parah, dalam situasi wabah pandemi corona ini, baik individu dalam keluarga, pertemanan, persahabatan, kekeluargaan, organisasi, instansi, institusi dll, juga semakin nampak mana yang terus konsisten dan stabil rasa pedulinya, rasa militannya, dan rasa simpati dan empatinya. 

Dalam grup whatsapp, santun dan etika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun