Yang lebih memprihatinkan, para pembina/pelatih SSB yang hanya berbekal lisensi pelatih, banyak sekali yang tak menguasai ilmu mengajar, ilmu menjadi guru/pendidik. Ini sangat berbeda dengan para pelatih akademi di klub-klub sepak bola Eropa dan Amerika.
Di Indonesia, guru-guru di sekolah formal saja yang selain telah memiliki ijazah sarjana dan akta 4, masih banyak yang saat di dalam kelas hanya sekadar mengajar, bukan mendidik.Â
Mendidik bukan mengajar
Mengajar sesuai makna Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah memberi pelajaran/melatih, sama dengan hanya mentransfer ilmu, tak diiringi oleh didikan, yang mengarahkan siswa menjadi memahami luar dalam, untuk apa ilmu yang telah dipelajari dan bagaimana mengaplikasikannya di dalam dunia nyata yang harus ditunjang oleh kecerdasan intelgensi, personaliti, dan emosi.Â
Sementara makna mendidik adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Jadi, pertanyaan bagi para pembina/pelatih sepak bola akar rumput, apakah selama ini hanya mengajar? Atau sudah mendidik. Bila masih mengajar, maka belum mendidik, namun bila sudah mendidik, maka sudah pasti mengajar/melatih.
PSSI pasti sudah memahami hal ini, para pembina/pelatih sepak bola akar rumput bahkan hingga pelatih klub pun wajib ada pembinaan terstruktur kepada para pembina/pelatih sepak bola ini.Â
Yang menjadi keprihatinan, fakta di lapangan banyak ditemukan, pembina/pelatih sepak bola khususnya di akar rumput ini, jangankan mendidik, mengajar  nya saja masih belum sesuai harapan. Ini sangat fatal.Â
Mereka menghadapi anak-anak usia dini, pondasinya calon-calon pemain timnas dan pondasinya kehidupan nyata bagi anak-anak yang tidak jadi pemain timnas, namun menjadi masyarakat biasa.Â
Banyak sekali pembina/pelatih yang tidak dapat mengkomunikasikan materi ajarnya dengan benar kepada para siswa. Penggunaan bahasa yang tidak edukatif, keras dan kasar.Â
Bagaimana para siswa SSB akan dapat menyerap materi latihan, pun di mana letak didikan para pembina/pelatih ini, yang sangat terdeskripsi tatkala para pembina/pelatih ini berada dipinggir lapangan saat mengikuti festival atau kompetisi. Tentu itu adalah cerminan budaay dalam pola latihan juga.