Khusus untuk kompetisi Liga 1 yang dihelat PSSI, hingga tahun ini, 2019, juga semakin tak berbentuk arahnya dalam memberikan kontribusi pemain untuk Timnas. Selain jadwal kompetisi yang kacau, Liga 1 didominasi oleh pelatih asing, yang masing-masing pelatih juga hanya berpikir membawa klub menang dan menang, hingga taktik dan strategi setiap pelatihpun semakin tak nyambung dengan akar sepak bola nasional dan pada akhirmya Timnas Senior selalu terpuruk.Â
Uniknya lagi, tugas dan wewenang Asprov yang hanya menggelar turnamen sekelas Piala Suratin dan Turnamen Liga 3, juga tak pernah melakukan pembinaan.Â
Publik juga boleh tertawa, ada Asprov yang menggelar Piala Suratin, pemainnya harus berdasarkan domisili, namun di Asprov lainnya hal tersebut tidak dipersoalkan. Â Luar biasa kacau dan rancu.Â
Sementara banyak pemain usia muda, yang dapat berperan sebagai pemain SSB atau Akademi Sepak bola, namun juga terdaftar sebagai pemain Suratin di sebuah Klub, terdaftar pula di tim Piala Menpora, tercatat dab bermain juga di kompetisi internal Askab/Askot, bermain di kompetisi semacam Liga Kompas atau Liga TopSkor, dimainkan pula di Kompetisi Liga 1.Â
Luar biasa, seorang pemain usia muda di Indonesia yang beruntung, dapat rangkap jabatan sebagai pemain di berbagai "tempat". Pemain yang berhasil hingga menembus Timnas, maka semua tempat yang memakai jasa pemain tersebut ramai-ramai mengakui pemain tersebut adalah jebolan dari "tempatnya".Â
Namun miris, pemain yang tak berhasil, tak ada gegap gempita pengakuan dari berbagai tempat.Â
Ayolah PSSI, apakah sepak bola nasional akan terus rancu seperti ini? Mana prioritas yang wajib Anda urus demi terbentuknya Timnas handal di semua kelompok umur?Â
Pembinaan dan kompetisi berserakan, standar pemain nasional tak pernah baku. Setiap pelatih menentukan standar sendiri.Â
Bila selama ini saya menggaungkan tentang TIPS (Teknik, Intelegensi, Personaliti, dan Speed), itu adalah standar Kurikulum dari Akademi Sepak Bola Ajax Amsterdam Belanda.Â
Apa standar pemain nasional Indonesia? Lalu, dari pembinaan atau kompetisi macam mana, seorang pemain layak direkrut ke Timnas? Ayo jangan asyik mengurus Kompetisi Liga 1 dan 2 yang bersponsor "basah", lalu sibuk mencari uang dengan mendenda suporter, ofisial, pemain, dan pelatih.
Tunjukkan mana, pembinaan dan kompetisi sepak bola di seluruh Indonesia yang syah dan wadah tersebut ada lisensi untuk seorang pelatih Timnas dapat merekrut pemain bersangkutan.Â