Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi EGP dan SG

18 Oktober 2019   00:33 Diperbarui: 18 Oktober 2019   00:41 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Doc.pribadi

Takut terlanjur lupa dan dilupakan, sekadar mengingatkan saja, negara kita tercinta ini, negara demokrasi bukan? 

Demokrasi yang maknanya (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat. 

Demokrasi juga berarti gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. 

Tapi mengapa saat banyak ketimpangan yang justru dilahirkan oleh pemimpin negeri ini, lalu demokrasi coba ditegakkan, termyata pemempin kita justru pura-pura buta dan tuli atas upaya menegakkan demokrasi itu? 

Siapa pun yang coba menegakkan demokrasi dan bersebrangan dengan pemimpin kekuasaan dan wakil rakyat, maka segera mereka brangus. 

Siapa yang mencoba mencegah dan mengingatkan mereka, langsung disikat tanpa peduli timbulkan korban perasaan dan korban jiwa. Mumpung bertahta dan berkuasa, mereka juga sikat yang coba mengancamnya. 

Ke mana lagi harus mencari "demokrasi" yang hilang di negeri ini. Benarkah demokrasi hilang? Atau sengaja dihilangkan? 

Atau memang tak dipakai lagi? Rakyat kecil terus bertanya, benarkah negeri ini masih negeri yang menganut pemerintahan demokrasi? Mengapa wakil rakyat hingga Presiden malah lari dan mementingkan diri sendiri dan kroni? 

Demokrasi disumbat. Semua pengingatan dan tuntutan masuk telinga kiri ke luar telinga kanan. Diabaikan. Inilah demokrasi baru di negeri tercinta ini. Demokrasi emang gue pikirin (EGP). 

Tuntutan mahasiswa yang berakibat korban jiwa, adakah yang berwenang meminta maaf? Pemimpin berbelasungkawa? Bahkan tuntutan pun dianggap angin lalu. 

Saat ada yang nyinyir mengkritik dan mengingingatkan pada persoalan-persoalan yang timbul, sejatinya akibat dari ulah para pemimpin yang selayaknya patut diteladani, langsung ditindak semau gue (SG) juga mumpung sedang pegang kendali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun