Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jelang Kongres PSSI, Mungkin Kini Sedang Terjadi Banyak Transaksi?

16 Oktober 2019   21:11 Diperbarui: 16 Oktober 2019   21:16 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi terus menyasar pejabat. Seharusnya KPK juga segera menyasar para calon Ketua Umum PSSI dan voters, sebab Satgas Antimafia Bola sudah mandul, tak bergerak lagi menangkapi para mafia yang masih berkeliaran. 

Sementara dalam hitungan hari lagi, kongres PSSI akan berlangsung untuk pemilihan ketua, wakil, dan exco. 

Yakin, kini transaksi-transaksi sedang berlangsung antara para calon pengurus baru dengan para voters yang menjadi penguasa kerajaan PSSI, pemilik kedaulatan tertinggi. 

Voters di PSSI berkedudukan seperti rakyat Indonesia yang memiliki hak suara untuk menentukan siapa wakil rakyatnya yang menjadi Presiden, anggota DPR, hingga para kepala daerah, selama ini menjadi biang keladi mengapa sepak bola nasional terus tak bergerak maju. 

Jumlah voters yang terbatas dan memang dibatasi oleh para mafia hingga dalam statuta, pasal voters selalu begitu-begitu saja tak pernah ada perubahan dan penambahan, tetap berjumlah 96. 

Meski sudah tak logis dan tak masuk akal bila dibandingkan dengan jumlah publik pecinta sepak bola nasional pemilik sah sepak bola Indonesia. 

Hanya dengan 96 voters, namun semua keputusan ada di tangan mereka. Bahkan salah satu calon ketua PSSI, La Nyalla Mattalitti, yang sudah sangat paham kedalaman organisasi PSSI selama ini, akhirnya buka suara kepada awak media, Selasa (15/10/2019) bahwa voters adalah kunci dari perubahan PSSI ke depan, karena perubahan PSSI dan sepakbola nasional ada di tangan voters. 

Yah, jelas di dalam kongres, voterslah penentu hitam-putihnya sepakbola negeri ini. 15 pejabat elite PSSI untuk periode 2019-2023, yaitu ketua umum, 2 wakil ketua umum, dan 12 Exco penentunya adalah voters Selama ini, suara voters di PSSI bukan lagi menjadi rahasia internal PSSI dan punggawanya, namun sudah diketahui umum, bahwa suara voters memang diperjual-belikan. 

Siapa calon pengurus PSSI yang berani membayar dengan nilai lebih tinggi, agar si calon jadi pengurus, maka secara logika, seharusnya si calon benar terpilih. Sayangnya faktanya, logikanya tidak selalu sejalan dengan harga yang dikeluarkan, karena saat pemilihan, voters belum tentu memilih si calon yang telah membayar mahal. 

Jadi, selama ini, setiap kongres pemilihan pengurus PSSI baru, maka saatnya para voters memetik hasil panenan. Saatnya para voters mengeruk keuntungan pribadi dan golongan tanpa lagi memandang siapa calon yang kredibel atau tidak yang akan mengemban amanat publik sepak bola nasional demi prestasi sepak bola Indonesia. 

Para voterspun siap memainkan sandiwara dukungannya, rela bergerak ke kanan dan ke kiri mencari mangsa yang lebih menguntungkan tanpa pernah peduli sepak bola nasional akan maju atau terus tergelincir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun