Di bangku kayu jelek trotoar pinggir jalan. Sepasang kekasih sebaya tidak sedang berpelukan. Tidak sedang mengulum cium. Bahkan tidak sedang bersitatap mesra. Hanya tawa berderai lepas bahagia dari Sang Wanita yang bagaikan sebuah lagu yang bercerita: ada bait pembuka-ada refrain-ada bait penutup.
Siapapun memandang wanita ini akan terbius untuk ikut merasa bahagia bersama gelak tawanya. Siapapun memandang wanita ini akan mengerti betapa ada perubahan dari pemandangan monochromatic ke pemandangan polychromatic.
Dari kepenatan luar biasa menjadi keceriaan polos kanak-kanak TK. Dan kekasihnya, Sang Lelaki Si Reaktor Nuklir Pemicu Miliar-Triliun Energi Positif Tawa Bahagia itu tertegun beberapa detik memandangi adegan indah di depannya seraya berkata:
"Aku seneng banget liat kamu bisa ketawa lepas begini"
Tidak ada pelukan. Tidak ada sentuhan. Hanya saja, Lelaki itu mengucapkannya dengan hati, memberikan seluruh sorot matanya untuk wanita yang dikasihinya, dan menyodorkan seplastik kecil kerupuk bukan kulit kepada wanita yang masih tergelak yang di hadapannya  ada segelas minuman hangat berisi dua sachet Milo tanpa gula.
Beberapa saat berlalu. Sang Wanita tersenyum. Sorot matanya masih mengungkapkan kata "Terima Kasih".
Lalu, tangannya meraih sendok kecil, memasukkan ke dalam gelas minuman hangat milik Sang Kekasih (1 sachet Milo dan 1 sachet Ovaltine, tanpa gula). Mencicipi sejauh mana tingkat kemanisan minuman itu. Saat menyeruput minuman hangat kombinasi itu senyumnya masih mengembang. Pipinya masih kemerah-merahan.
Dari sini, aku melihat mereka berdua. Sebuah kebahagiaan sederhana yang tak ternilai harganya. Doaku pada-Nya, Â bahagiakan mereka seterusnya. Aamiin.
---
Di tengah The Power of Deadline
Semoga Engkau berikan Berkah pada upaya-upaya kami
Palatehan, 28 - 29 Maret 2014