Mohon tunggu...
Siti Syifatul khadayah
Siti Syifatul khadayah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Dengan 3 Tas (Etikabilitas, Intelektualitas, dan Integritas)

2 April 2025   21:54 Diperbarui: 2 April 2025   21:54 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya 2025 - Akhir yang kelabu mimpi seorang anak perempuan dalam  dunia pendidikan. Sampai opini tentang kurikulum pendidikan.Hanya opini

Pada 2024 sampai awal 2025 terdapat seorang anak perempuan bernama tifa. Dalam kehidupannya dihiasi dengan komponen warna yang beragam. Mulai dari kombinasi light-light yang menyakitkan, hingga light-dark yang menyejukkan. Dengan frame alur kisah yang  sangat tinggi klimaksnya, dan terlampau menukik kebawah penyelesaiannya. Begitu mungkin jika dijelaskan dengan bahasa jurnalistik.

Tifa merupakan seorang anak pertama yang seperempat perjalanan lagi menuju impiannya. Kemampuan intelektual, analisis, dan menulisnya membuat dirinya bermimpi menjadi seorang pengajar. Tujuannya adalah agar bisa mencerdaskan anak bangsa dan umat dengan menyampaikan kembali ilmu yang didapatnya dengan formal melalui profesi seorang pengajar. Keminatannya di dunia pendidikan menambah lecutannya untuk  merangkak menggapainya.

Insiden besar menimpanya dikala mengenyam pendidikan. Namun kelabu dalam penyelesaiannya. Bintik hitam kini ditanganya, namun enggan ia telan atas insiden itu. Defamasi mungkin bisa terjadi. Hingga mungkin menghambatnya dalam menggapai impian.

Namun, semangatnya tak pernah pudar. Tertatih, merangkah-rangkak kakinya ia paksakan berjalan. Demi tetap pada koridor kebenaran atas impian menjadi seorang pengajar. Pengumpulan data informasi pembiayaan ia lakoni untuk menyambung pendidikan selanjutnya sebagai usaha menggapai impiannya.

Hingga saat ini, ia masih tetap mengusahakan mimpinya tersebut. Mimpi mulia yang mungkin terkadang diremehkan karena kondisi ekonominya. Tiada yang tahu bagaimana akhir dari kisah perjuangan mimpinya. Akankah berakhir dengan mengepakan sayap dirinya dan menanugi para penerus bangsa sebagai seorang pengajar atau justru ia jatuh dan gagal segagal-gagalnya.

...

Kisah tifa yang menggantung akan mimpinya menjadi seorang tenaga pengajar. Merefleksikan gambaran pendidikan yang masih sulit untuk diakses, khususnya bagi kaum miskin.  Hingga mengingatkan saya pada buku "Sekolah Kaum Miskin" yang mengisahkan perjalanan seorang ilmuan yang menemukan kenyataan pendidikan dan banyaknya sekolah swasta di sebuah negara. Namun, bukan buku itu yang akan saya bahas.

Tingkat pendidikan tinggi sangat penting bagi keberlanjutan hidup anak-anak Indonesia. Tentunya dengan kurikulum dan cara pengajaran yang kreativ, mungkin seperti keterampilan proses. Ketika mereka bisa mengakses pendidikan, terlebih dengan kurikulum yang membawa pembangunan sumber daya manusia. Maka intelektualitas anak indonesia akan tinggi. Sebagai seminimal mungkin upaya menggapai tujuan generasi emas. Jika ingin menyentuh tingkat maksimal seorang anak atau human harus mampu melewati tiga hal yaitu etikabilitas, intelektualitas, dan integritas.

Dalam sebuah video, seorang pengamat politik Rocky Gerung pernah mengatakn bahwa pemimpin itu harus memiliki dasar etikabilitas intelektualitas sebelum mendapatkan eletabilitas. Pendapat ini saya pikir dapat disepakati secara logis, bahwa jika etika dan kepintaran telah berhasil digapai, maka elektabilitas akan mengikuti. Namun ketiga hal tersebut seharusnya bukan hanya dimiliki pemimpin tapi juga harus juga dimiliki oleh rakyat kecil seperti kaum miskin.

Etikabilitas merupakan sebuah perilaku yang dapat mengacu pada nilai-nilai etis dalam sebuah masyarakat, tentunya nilai yang ada di Indonesia. Karena saya lahir dan berkembang di lingkungan  yang cujkup religius, maka akan semakin indah jika nilai etis di Indonesia juga tetap memperhatikan nilai-nilai ketauhidan bagi kita umat beragama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun