Mohon tunggu...
Siti Saraah
Siti Saraah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sinau

Assalamua'alaikum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hubungan Otak dan Emosi? Bagaimana?

23 Mei 2022   08:31 Diperbarui: 23 Mei 2022   08:33 2563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Teori kecerdasan emosional yang biasa disebut dengan indeks emosional (emotional quetion) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, mengevaluasi, mengelola, dan mengontrol emosi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini, emosi mengacu pada informasi perasaan tentang suatu hubungan. Sedangkan kecerdasan di sisi lain, mengacu pada kemampuan untuk memberikan alasan yang benar untuk suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) kini dianggap sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual (IQ). Lalu apa hubungan otak dan emosi?

Hubungan Otak dan Emosi

Otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Saat tubuh manusia tumbuh dan berkembang, begitu pula otak. Otak depan berkembang  membentuk.

Otak besar (Cerebrum) adalah sistem saraf pusat utama yang mengontrol aktivitas tubuh kita, Cerebrum berfungsi sebagai pusat kesadaran dan pengontrol kesadaran termasuk  semua emosi dan perasaan kita, dan Cerebrum juga berfungsi  sebagai pusat memori. (Jadi ketika Anda melihat karakter dalam kecelakaan sinetron dan kepalanya terbungkus perban berdarah, dia tiba-tiba bangun dan kehilangan ingatannya, itu karena otak besarnya sang tokoh terganggu.)

Struktur otak memiliki bagian-bagian yang berhubungan langsung dengan emosi, yang disebut dengan amigdala yang berasal dari bahasa latin almond, karena bentuknya seperti almond. Amigdala adalah komponen utama dari generasi emosional atau penghasil emosi. Otak kita memiliki dua amigdala, yang ukurannya lebih besar dari organisme lain. Oleh karena itu, jika seseorang yang amigdalanya dihilangkan karena alasan medis atau lainnya, orang tersebut mungkin memiliki kelemahan emosional dan mungkin tidak tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain.  Bisa jadi rang dengan penyakit stroke mungkin mengalami hal ini.

Apakah kalian tahu? bahwa ketika kita sedang mersakan sedih atau sedang dalam keadaan terharu dan menangis, karena amigdala merangsang jaringan otak dan  struktur sarafnya untuk meneteskan air mata, tetapi tetap dimungkinkan untuk berkomunikasi bahkan jika amigdala rusak, tetapi bereaksi secara pasif tingkat emosional  menjadi  minim, kita bahkan tidak bisa menangis lagi, kondisi seperti ini disebut dengan affective blindnnes.

Saat dalam situasi yang ketakutan atau mengerikan, amigdala memicu pelepasan neurotransmitter norepinefrin, untuk memperkuat respons dari area penting otak dan menjaga indra lebih berhati-hati, amigdala juga mengirimkan pesan pada batang otak sehingga dapat membangkitkan ekspresi ketakutan, ketegangan, meningkatkan  detak jantung, yang meningkatkan tekanan darah dan membuat pernapasan lebih cepat dan lebih dangkal. Amigdala mengirimkan pesan ke seluruh bagian otak,yang menyebabkan emosi kita apakah hendak melawan atau menghindar.

LeDoux menunjukkan bahwa aliran informasi yang diterima dari panca indera dibagi menjadi dua jalur, satu  yang  mengarah ke thalamus, yang mengarah ke neokorteks, dan yang lainnya ke amigdala. Jalur langsung dari talamus ke amigdala terdiri dari lebih sedikit neuron daripada jalur yang menghubungkan talamus ke neokorteks.

Rute thalamus ke neokorteks dua kali lebih panjang dari rute thalamus ke amigdala. Informasi dari talamus ke amigdala dapat dikirim dalam satuan 12/1000 detik (lebih pendek dari pernapasan). Arsitektur ini memungkinkan amigdala untuk bereaksi lebih cepat (sangat cepat) bahkan sebelum neokorteks menerima dan mengenali semua informasi yang dikirimkan dari thalamus.

Dari talamus, sebagian besar informasi mengalir ke neokorteks daripada ke amigdala. Bagian yang mengatur aliran informasi adalah lobus frontal. Ketika suatu peristiwa yang tidak diinginkan terjadi, lobus frontal menimbang kekuatan dan kelemahan dari respon yang dilakukan. Pada hewan, reaksinya sangat terbatas, berkelahi atau berlari. Bagi manusia, alternatif tanggapan bisa lebih besar, mulai dari lawan, negosiasi, diskusi, merayu hingga lari. Sama seperti amigdala, tidak adanya lobus frontal menghilangkan aspek emosional dari kehidupan individu.

Jika manusia memiliki respon yang tebatas misalnya hilangnya rasa malu, selalu berkelahi, menyalahkan orang lain dan mengabaikan sifat kemanusiaan, kerusak pada sistem otaknya pasti ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun