Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Literasi, Bukan Flexing: Belajar dari Gus Dur dan BJ Habibie

30 September 2025   19:27 Diperbarui: 30 September 2025   19:27 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur dan Literasi | Sumber: https://gusdurian.net/tag/buku/

Di tengah banyaknya pejabat yang gemar memamerkan kekayaan di media sosial, masyarakat justru semakin merindukan sosok pemimpin yang cerdas, rendah hati, dan benar-benar peduli terhadap nasib rakyat. Pemimpin seperti ini biasanya tidak hadir secara tiba-tiba---mereka lahir dari proses panjang, salah satunya melalui kebiasaan membaca.

Dari membaca, lahir wawasan yang luas, pemikiran yang bijak, serta empati yang dalam terhadap sesama. Di antara banyak tokoh bangsa, ambil contoh dua sosok yang membekas dan layak dijadikan teladan dalam hal kecintaan terhadap literasi adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan BJ Habibie.

Gus Dur: Membaca untuk Membela Sesama

Sejak muda, Gus Dur dikenal sebagai pembaca yang tekun. Bahkan ketika di usianya 15 tahun, bacaanya adalah Al quran terjemahan Bahasa Inggris. kegemaran membacanya ditunjukkan dengan menikmati buku-buku sastra, sosial, keagamaan, dan politik. Di antara buku favoritnya adalah Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid karya Greg Barton.

Meskipun kemudian mengalami gangguan penglihatan akibat glaukoma dan kecelakaan pada 1985, Gus Dur tidak menyerah. Ia tetap membaca dengan bantuan asisten pribadinya. Lebih dari itu, Gus Dur juga aktif menulis. Beberapa karya tulisnya yang terkenal antara lain Islamku, Islam Anda, Islam Kita dan Gus Dur Bertutur.

Bagi Gus Dur, literasi bukan sekadar menambah pengetahuan, tapi juga sarana untuk membela kaum tertindas dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Ia dikenal luas sebagai Bapak Pluralisme Indonesia, dihormati oleh kalangan muslim dan non-muslim, bahkan setelah wafat, pemikiran dan kiprahnya tetap dijadikan referensi oleh banyak kalangan.

Habibie: Buku sebagai Istana Ilmu

BJ Habibie pun tak kalah menginspirasi. Sejak kecil, ia sudah diperkenalkan dengan buku oleh ayahnya. Bahkan di usia empat tahun, ia sudah lancar membaca. Kegemarannya membaca membuatnya lebih memilih buku daripada bermain. Ia bahkan rela tidur hanya empat jam sehari demi bisa membaca lebih banyak.

Buku pertama yang paling berkesan baginya adalah Mengelilingi Dunia dalam 80 Hari karya Jules Verne. Di kemudian hari, kecintaan Habibie terhadap ilmu diwujudkan dalam karya-karya ilmiahnya (seperti Teori Habibie tentang keretakan pesawat) dan buku-buku visinya tentang kemajuan bangsa. Ribuan buku ia baca dan koleksi berikutnya disimpan dalam perpustakaan pribadinya. Tak heran jika kisah hidupnya diangkat ke layar lebar dan menjadi inspirasi nasional.

Bagi Habibie, literasi adalah jendela menuju kemajuan bangsa dan bukti cinta pada pengetahuan.

Tokoh Bangsa dan Literasi

Selain Gus Dur dan Habibie, tokoh-tokoh besar seperti Soekarno, Hatta, Soeharto, Megawati, Jokowi, dan Prabowo Subianto juga dikenal akrab dengan dunia buku. Mereka membaca berbagai literatur tentang politik, ekonomi, sejarah, hingga strategi kepemimpinan.

Masing-masing memiliki gaya membaca dan kepemimpinan yang berbeda, namun satu hal yang sama: literasi menjadi bagian penting dalam membentuk karakter mereka sebagai pemimpin.

Literasi Adalah Karakter, Bukan Sekadar Gaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun