Mohon tunggu...
Siti Indriyani Hulumudi
Siti Indriyani Hulumudi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa S2 di Universitas Pendidikan Indonesia Prodi Pendidikan Seni Musik Hobby saya Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Peran Alat Musik Polopalo dalam Pendidikan dan Pelestarian Budaya: Pembentukan Karakter Anak Melalui Ekspresi Musikal

30 Mei 2023   13:00 Diperbarui: 30 Mei 2023   13:08 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pict.sindonews.net/dyn/732/pena/news/2021/10/07/97/562098/festival-polopalo-bangun-ekosistem-menguntungkan-bagi-rakyat-bone-bolango-equ.jpg

Indonesia sebagai negara kepulauan yang mempesona, menawarkan kekayaan budaya dan keunikan yang tak tertandingi. Keindahan alam, keragaman suku bangsa, dan warisan sejarahnya membuat Indonesia menjadi negara yang memikat. Salah satu aspek yang menonjol dari warisan budaya Indonesia adalah alat musik tradisional. Alat musik tradisional telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak zaman purba. Alat musik tradisional menjadi cermin dari kekayaan budaya, warisan nenek moyang, dan identitas unik masyarakat Indonesia. Salah satu alat musik yang menjadi warisan Budaya Indonesia yaitu Polopalo.

Polopalo merupakan instrumen musik, ikon warga Gorontalo yang mempunyai keunikan pada organologi akustik (Ohi, 2020). Polopalo merupakan alat musik jenis idiofon yaitu golongan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari badan alat  itu  sendiri.  Bunyi  yang  terdengar  keluar  berasal  dari  alat  polopalo  tersebut  ketika  mendapat  pukulan  atau  dipukul, yang diakibatkan getaran yang terdapat pada seluruh alat Polopalo (Wikipedia). Polopalo adalah sebuah instrumen musik yang memiliki karakteristik unik pada aspek akustik dan organologi. Bentuknya menyerupai mulut buaya dan terbuat dari bambu talilo huidu.

Polopalo terdiri dari empat bunyi utama, yaitu motoliyongo, modulodu'o, moelenggengo, dan mobulongo (Ohi, 2023). Terdapat dua jenis bambu yang digunakan, yaitu bambu air dan bambu pagar, namun Polopalo menggunakan bambu air sebagai bahan utamanya karena menghasilkan bunyi yang lebih merdu (Muda dkk, 2022). Filosofi yang ada di masyarakat menyatakan bahwa bambu memiliki nilai yang guna dalam kegiatan sehari-hari, termasuk dalam kesenian sebagai salah satu elemen kebudayaan.

Pada masa lampau, awalnya polopalo bukanlah sebuah alat musik, melainkan digunakan sebagai sarana komunikasi oleh masyarakat Gorontalo. Penggunaan alat musik polopalo terbatas pada waktu-waktu tertentu, seperti bulan purnama atau saat panen raya. Fungsi polopalo saat itu adalah sebagai sinyal peringatan kepada masyarakat jika lahan pertanian diserang oleh hewan buas. Ketika tanda tersebut terdengar, masyarakat segera melakukan perburuan terhadap hewan-hewan tersebut. Polopalo juga dikenal dengan nama Tonggobi, namun pada tahun 1980-an, seniman Rusdin Palada menginisiasi perubahan peran polopalo menjadi sebuah alat musik.

Seiring berjalannya waktu, polopalo mengalami perkembangan dan menjadi alat musik yang memiliki peran penting dalam upacara adat Gorontalo. Para pengrajin alat musik polopalo juga berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan global dan tuntutan kemajuan yang cepat dari berbagai faktor (Suwardi, Daulima, 2006, hal 61).

Keunikan dari Polopalo terletak pada permainannya yang terbatas pada malam hari, terutama pada malam Kamis dan malam Minggu. Alasan di balik ini adalah keyakinan yang kuat dalam masyarakat Gorontalo bahwa malam-malam tersebut memiliki makna dan nilai yang istimewa. Masyarakat Gorontalo meyakini bahwa ketenangan batin yang diperlukan dalam memainkan alat musik ini hanya dapat ditemukan pada malam-malam spesial tersebut, berbeda dengan malam-malam lainnya. Biasanya, musik tradisional Polopalo dimainkan dari sekitar pukul 22.00 hingga pukul 01.00 waktu setempat, dengan tujuan memanggil masyarakat untuk berkumpul bersama. Polopalo sering dijadikan sebagai perlombaan.

Dalam kompetisi musik tradisional lainnya, para juri biasanya berada di satu tempat, tetapi dalam lomba Polopalo, mereka ditempatkan dengan jarak yang cukup jauh, sekitar 1 kilometer atau 1000 meter. Tujuan dari penempatan ini adalah agar mereka dapat mendengar suara atau bunyi yang paling nyaring. Penentuan pemenang dilakukan berdasarkan ketukan yang terdengar paling jelas dan keras (Febriyando, 2017).

Alat musik polopalo memainkan peran yang signifikan dalam pendidikan dan pelestarian budaya. Hal ini dapat dilihat melalui berbagai kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat sebagai bentuk pengakuan terhadap keberadaan polopalo. Banyak sekolah di Gorontalo turut berpartisipasi dalam Festival Polopalo yang diadakan oleh Bupati Bone Bolango sebagai upaya pelestarian budaya. Lomba Polopalo diikuti oleh perwakilan dari 14 sekolah dasar di Kabupaten Bone Bolango.

Apolos Marissan, Kepala BPNB Sulut Gorontalo, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kegiatan pengembangan kebudayaan polopalo ini. Kolaborasi antara Balai Pelestarian Budaya Sulawesi Utara, Gorontalo, dan pemerintah daerah Bone Bolango ini sebagai langkah maju dalam menjaga kelestarian kebudayaan. Festival Polopalo juga berperan dalam membangun ekosistem perekonomian yang menguntungkan bagi masyarakat setempat dengan melibatkan berbagai sektor seperti pengrajin bambu, penjual makanan, tukang jahit, dan pengemudi bentor.

Dalam pendidikan, penggunaan Polopalo membantu memperkenalkan anak-anak pada warisan budaya sejak dini, menjaga agar budaya ini tetap hidup dan dilestarikan. Anak-anak juga dapat memperkuat identitas mereka dan menghargai keberagaman budaya dengan memahami alat musik tradisional dari setiap daerah. Selain itu, Polopalo membantu mereka mengembangkan keterampilan musikal seperti ritme, melodi, dan harmoni, serta meningkatkan kemampuan mendengarkan dan berekspresi secara musikal.

Polopalo juga merangsang kreativitas dan ekspresi anak-anak dengan memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi bunyi dan ritme, menggabungkannya dengan imajinasi mereka sendiri, dan mengungkapkan ekspresi diri melalui musik. Selain itu, melalui pemainan Polopalo, anak-anak belajar kerjasama tim, kesabaran, disiplin, dan ketekunan. Mereka bekerja sama dengan sesama pemain Polopalo, mengikuti instruksi guru, dan menghargai peran masing-masing dalam kelompok. Hal ini membantu membangun karakter yang kuat, seperti kerjasama, disiplin, ketekunan, dan rasa tanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun