Mohon tunggu...
Siti holifah
Siti holifah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Riuh Resah Pemimpin

16 Desember 2018   13:47 Diperbarui: 16 Desember 2018   13:55 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Secara umum kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam suatu negara. Tanpa seorang pemimpin negara akan hancur. Hancur karena tak memiliki tujuan atas negaranya. Baru-baru ini masyarakat indonesia viral tentang tahun politik pada tahun 2019 mendatang. Tak asing lagi bagi kita di penghujung tahun politi memperdebatkan siapa yang akan menjadi pemimpin diperiode selanjutnya. 

Emha Ainun Najib mengatakan bahwa, "pemimpin yaneg terbaik adalah yang paling memiliki penguasaan diri untuk memimpin".  Namun menjadi seorang pemimpin harus menerima tanggung jawab yang ajan dibebankannya. Dari kalimat diatas seharusnya masyarakat pandai dalam memilih akan suatu keputusan kedepanya. Tak ada lagi riuh resah seperti yag terjadi sekarang.

Selama ini kepemimpinan Indonesia semakin rumit. Banyak masyarakat yang mengeluh atas kepemimpinah sekarang. Hidup masyarakat sekarang  semakin resah dan susah. Tak sesuai apa yang mereka harapkan atas janji yang diterohkan. Menjadi pemimpin tidak hanya pemimpin yang diakui masyarakat banyak. Pemimpin harus memiliki kemampuan yang baik dan benar. Memiliki sifat yang bijak sana atas masalah yang dihadapinya. Meskipun seorang pemimpin  memiliki kekuasaan yang besar, mereka tidak terhindar dari sebuah kesalahan.  

Sangat disayangkan sekali dengan adanya pemilihan presiden. Indonesia terjerumus dalam sebuah pertikaian kembali, yang disebaban bedanya dukungan atas pemimpin yang kita dukung. Apalagi seorang pemimpin yang didampingi oleh seoran ulama menyebabkan perbedaan. Antara pengikut ulama dan menuruti keinginan masing-masing. 

Ada pihak pro dan kontra didalamnya, yang secara tidak lagsung memilih oknumnya masing-masing. Untuk selalu berda di paling atas. Banyak keresahan yang dirasakan.
Jika kita mendengar kalimat "dakwah kita ialah men-gindonesiakan islam, bukan meng-islamkan indonesia. 

Pernyataan tersebut identik  dengan kaum liberal yang ada di indonesia. Bahwa mereka memiliki paham bahwa islam seharusnya tunduk akan dinamika yang terjdi di indonesia. Bukan indonesia yang tunduk kepada islam. disebabkan penduduk indonesia yang mayoritas  di duduki oleh orang-orang yang beragama islam. 

Seharusnya, agamawan tak boleh ikut campur urusan negara agar urusan agamanya sehat. Begitupun sebaliknya negarawan tak boleh ikut campur dalam urusan agama agar negaranya sehat. Apabila urusan agama  dicampur menjadi satum  dengan urusan negara maka hanya akan mengkerdilkan keduanya.

Dengan demikian jelas jika persoalan tidak terletak pada masalah yang dipermasalahkan namun, perbedaan pemikiran yang terjadi antar masyarakat terhadap suatu masalah. Memang segala sesuatu memiliki ketidak samaan pendepat. Namun jika kita terlalu fanatik dalam suatu masalah maka kita sudah melakuakan kesalahan terhadap perbedaan pendapat orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun