Mohon tunggu...
Healthy

Pengaruh Vitamin A terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

24 September 2025   09:53 Diperbarui: 24 September 2025   09:53 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masa usia dini sering disebut sebagai periode emas yang menentukan kualitas kesehatan dan perkembangan anak di masa depan. Pada tahap ini, pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif berlangsung sangat pesat sehingga membutuhkan dukungan gizi yang optimal. Salah satu mikronutrien esensial yang berperan penting dalam tumbuh kembang anak adalah vitamin A. Vitamin A tidak hanya berfungsi menjaga kesehatan mata, tetapi juga memiliki peran dalam sistem imun, pertumbuhan tulang, serta perkembangan jaringan tubuh. Kekurangan vitamin A atau vitamin A deficiency (VAD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia, dan menimbulkan dampak serius apabila tidak ditangani dengan baik.

Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang terdapat dalam dua bentuk utama, yaitu retinol dari produk hewani seperti hati, ikan, susu, dan telur, serta provitamin A karotenoid dari sumber nabati seperti wortel, bayam, labu, pepaya, dan mangga. Vitamin ini berperan dalam diferensiasi sel, pemeliharaan jaringan epitel, respons imun, serta pertumbuhan tulang. Pada anak usia dini, vitamin A berkontribusi terhadap peningkatan tinggi dan berat badan karena berhubungan dengan metabolisme protein dan pembentukan jaringan tubuh. Selain itu, vitamin A juga penting bagi kesehatan mata, sebab kekurangannya dapat menyebabkan rabun senja, xerophthalmia, hingga kebutaan permanen. Peran lain yang tidak kalah penting adalah meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga anak lebih terlindungi dari penyakit infeksi seperti diare, ISPA, dan campak. Penelitian melaporkan bahwa suplementasi vitamin A dapat menurunkan angka kematian anak sebesar 23% pada kelompok usia di atas enam bulan.

Meskipun pemerintah Indonesia telah menjalankan program suplementasi vitamin A sejak 1978, prevalensi kekurangan vitamin A pada anak masih cukup tinggi. Penelitian di Jawa Tengah menunjukkan bahwa 18,2% anak usia 6--11 bulan, 15,2% anak usia 12--23 bulan, dan 9,9% anak usia 24--59 bulan mengalami defisiensi vitamin A. Menariknya, penelitian ini juga menemukan perbedaan kadar serum retinol antarwilayah meskipun asupan vitamin A anak cukup tinggi, yang berarti status vitamin A tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi, tetapi juga oleh faktor lain seperti penyakit infeksi dan bioavailabilitas zat gizi. Hal ini menegaskan bahwa defisiensi vitamin A tidak bisa diselesaikan hanya dengan menambah asupan makanan, melainkan perlu pendekatan yang lebih menyeluruh.

Kondisi serupa juga terlihat di negara lain. Di Burkina Faso, 24,8% anak prasekolah mengalami defisiensi vitamin A meskipun asupan makanan mereka relatif bervariasi. Penelitian tersebut tidak menemukan hubungan yang signifikan antara tingkat asupan vitamin A dengan kadar serum retinol, kecuali kecenderungan kecil pada ibu, yang menunjukkan bahwa faktor non-diet seperti infeksi dan penyerapan gizi ikut memengaruhi status vitamin A. Di Ethiopia, prevalensi xerophthalmia pada anak prasekolah mencapai 8,6%, sementara 36% anak tidak mengonsumsi makanan kaya vitamin A dalam tujuh hari terakhir. Faktor risiko yang berhubungan dengan kekurangan vitamin A antara lain jenis kelamin laki-laki, usia mendekati lima tahun, serta rendahnya akses ibu pada layanan antenatal.

Data tersebut menunjukkan bahwa masalah defisiensi vitamin A bersifat global dan belum sepenuhnya terselesaikan meskipun program suplementasi sudah berjalan puluhan tahun. Hal ini menegaskan bahwa intervensi tunggal tidak cukup, melainkan perlu pendekatan yang lebih komprehensif. Kekurangan vitamin A tidak hanya berimplikasi pada gangguan penglihatan, tetapi juga meningkatkan risiko stunting dan infeksi berulang yang berdampak pada kualitas hidup anak. Anak dengan defisiensi vitamin A cenderung lebih rentan terhadap penyakit infeksi yang menjadi penyebab utama kematian balita di negara berkembang.

Upaya pemenuhan vitamin A dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Pemerintah Indonesia setiap tahun melaksanakan program distribusi kapsul vitamin A gratis di posyandu pada bulan Februari dan Agustus. Program ini terbukti mampu menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A, tetapi cakupannya belum merata di semua daerah. Oleh karena itu, diversifikasi pangan juga sangat penting, yaitu mendorong keluarga untuk memberikan makanan sumber vitamin A baik dari hewani maupun nabati. Strategi lain adalah fortifikasi pangan, misalnya dengan menambahkan vitamin A pada minyak goreng, yang dapat meningkatkan asupan vitamin A dalam populasi luas secara praktis.

Selain faktor konsumsi, penting pula mencegah penyakit infeksi yang memperburuk defisiensi vitamin A. Imunisasi, peningkatan kebersihan lingkungan, dan akses layanan kesehatan ibu dan anak menjadi bagian penting dalam strategi menyeluruh. Dengan kombinasi suplementasi, diversifikasi pangan, fortifikasi, dan perbaikan kesehatan lingkungan, kebutuhan vitamin A anak usia dini dapat lebih terjamin.

Melihat berbagai data dari Indonesia, Burkina Faso, dan Ethiopia, terlihat jelas bahwa kekurangan vitamin A masih menjadi tantangan serius. Hasil penelitian menegaskan bahwa suplementasi saja tidak cukup, melainkan harus dilengkapi dengan strategi lain yang melibatkan keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pemenuhan vitamin A pada anak usia dini bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga sebagai investasi kesehatan jangka panjang, karena anak yang tumbuh sehat, kuat, dan cerdas akan menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas.

Dengan demikian, vitamin A dapat dianggap sebagai salah satu kunci penting dalam tumbuh kembang anak usia dini. Kekurangan vitamin A masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan dampak yang luas, mulai dari meningkatnya risiko penyakit infeksi hingga gangguan pertumbuhan dan penglihatan. Intervensi yang komprehensif sangat diperlukan untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan vitamin A yang cukup, baik melalui suplementasi, diversifikasi pangan, fortifikasi, maupun perbaikan kesehatan masyarakat. Dengan langkah-langkah tersebut, anak-anak dapat tumbuh secara optimal dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun