Mohon tunggu...
Siti Aqmarina Alifah
Siti Aqmarina Alifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

PGPAUD UPI

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Proses Pembelajaran Blendend Learning selama Pandemi di SD Negeri Cipangeran, Saguling, Bandung Barat

30 Desember 2021   10:14 Diperbarui: 30 Desember 2021   11:16 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dunia Sedang digemparkan dengan adanya wabah virus Covid-19. Di indonesia, kasus pertama covid-19 terdeteksi pada awal Maret 2020. WHO (World Healt Organization) menjelaskan bahwa virus Covid-19 ini sudah menjadi pandemik dan harus ditangani dengan cepat dan serius oleh seluruh negara.Berbagai macam cara atau upaya sudah dilakukan oleh pemerintah seperti sosial distancing, physical distansing, pembatasan mobilitas masyarakat, karantina wilayah serta himbauan untuk menjaga kebersihan diri. Dengan adanya himbauan yang diberikan oleh pemerintah, semua kegiatan masyarakat yang melibatkan banyak orang berkumpul sebisa mungkin harus dilakukan di rumah saja, seperti bekerja, beribadah, termasuk juga kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan arahan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Dengan adanya Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 dari Kemdikbud tersebut, akhirnya semua kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah masing-masing dengan memanfaatkan berbagai macam aplikasi teknologi yang tersedia, mulai dari WhatsApp, Google meeting, Google Classroom, sampai Zoom meeting.


Di tengah pandemi yang terus melaju, dunia Pendidikan harus terus mendapatkan perhatian khusus agar tidak terdampak buruk. Pendidikan merupakan sector yang krusial dalam membangun negara dari generasi muda, dimana dalam sector ini akan membahas masa depan suatu bangsa.Pandemi Covid-19 yang ternyata memiliki dampak negative dan berdampak positif bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dampak positif ini dapat memotivasi melalui masa-masa sulit untuk terus mencapai tujuan pendidikan Indonesia yang lebih maju.Sudah banyak sekali upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk  memfasilitasi seluruh siswa agar bisa tetap belajar dengan efektif meskipun dilakukan di rumah masing-masing.


Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia untuk mengatasi berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu meluncurkan Program Kampus Mengajar yang merupakan salah satu program kegiatan  Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang berupa asistensi mengajar untuk memberdayakan mahasiswa dalam membantu proses pembelajaran di Sekolah Dasar di berbagai Desa atau Kota yang tertinggal. Kegiatan Kampus Mengajar bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan.

Di program Kampus Mengajar, mahasiswa akan ditempatkan di sekolah dasar di seluruh Indonesia dan membantu proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Tujuan dari diadakannya program Kampus Mengajar ini adalah untuk membantu guru-guru di sekolah dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain itu juga untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan melaksanakan pembelajaran dari rumah. terutama di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Program ini disambut dengan sangat antusias oleh ratusan ribu mahasiswa yang ada di Indonesia. Semua mahasiswa mulai dari Sabang sampai Merauke berlomba-lomba ingin mengambil peran sebagai penebar manfaat bagi seluruh siswa dan guru terutama yang mengalami kesulitan di masa pandemi Covid-19.


Semua mahasiswa dari berbagai jurusan pun ikut berpartisipasi untuk mengikuti program yang sangat luar biasa ini, karena program ini juga tidak memerlukan persyaratan khusus seperti jurusan atau bidang perkuliahannya. Universitas Pendidikan Indonesia, salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang dikenal dengan program keguruannya juga ikut meramaikan program Kampus Mengajar ini. Ada banyak sekali mahasiswa UPI yang juga ikut berpartisipasi dalam program Kampus Mengajar dan tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Masa penugasan program Kampus Mengajar  ini dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan, dimulai pada akhir bulan Maret sampai akhir bulan Juni 2021 dan disebut sebagai mahasiswa program Kampus Mengajar Angkatan 1. Semua mahasiswa Kampus Mengajar Angkatan 1 ini ditempatkan di berbagai Sekolah Dasar di seluruh wilayah Indonesia, dan untuk pelaksanaan kegiatannya disesuaikan dengan mahasiswa dan Sekolah Dasar setempat.


Program ini dirancang untuk membantu pihak sekolah terkait proses belar mengajar, membantu adaptasi teknologi, dan membantu administrasi sekolah. Mahasiswa memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan minat belajar siswa selama masa pandemi ini. Dengan menggunkan sistem pembelajaran yang menarik dan tidak monoton diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Sekolah yang menjadi sasaran Program Kampus Mengajar adalah sekolah dasar yang memiliki Akreditasi C atau sekolah yang berada di daerah 3 T. Program ini dilakukan secara Daring, Luring, maupun Blanded sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.

Saya merupakan salah satu mahasiswa UPI yang juga mengikuti program Kampus Mengajar Angkatan 1 dan ditempatkan di  SD Negeri Cipangeran yang berada di Kp. Cibeunying Desa Cipangeran, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat. Sebelum Program Kampus Mengajar Perintis dilaksanakan, mahasiswa terlebih dahulu melakukan Analisis Kebutuhan di sekolah yang bertujuan agar mahasiswa memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah berserta kelengkapan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran.

Berdasarkan Analisis yang telah dilakukan, sekolah tersebut menggunakan kurikulum 2013 dengan jumlah siswa sebanyak 157 siswa. Lokasi sekolah dapat dibilang cukup jauh dari perkotaan  dan sulit untuk dijangkau. Jalanan untuk menuju sekolah tersebut cukup baik ada beberapa jalan untuk sampai ke SD tersebut ada jalan melewati Batujajar ataupun melewati Kota Baru Parahyangan. Namun, di daerah SD tersebut sangat sulit untuk mendapatkan sinyal.

Dari hasil observasi yang saya dan teman-teman saya lakukan di SD Negeri Cipangeran ini ternyata tidak bisa dilakukan metode daring hal ini dikarenakan tempat tinggal siswa dan keberadaan sekolah yang sulit sekali mendapatkan sinyal. Hal ini membuat guru dan pihak sekolah menggunakan metode blended learning dengan tujuan mengatasi permasalahan kesulitan sinyal dan memutus penyebaran covid. Saya dan teman-teman kampus mengajar lainnya juga telah mencoba melakukan pembelajran dari menggunakan platform meeting online, namun hal ini tidak efektiv dikareanakan banyak siswa dan guru yang terlempar dikarenakan sinyal. Sehingga kami menyiasati dengan penggunaan aplikasi whatsapp sebagai media komunikasi dan beberapa siswa yang terkendala sinyal dan bertempat tinggal disekitar sekolah melakukan pembelajaran luring terbatas dan bergantian berdasarkan kelas peserta didik.

Hasil dari Program ini, mahasiswa diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan dari setiap sekolah yang terakreditasi c, melaporkan kendala apa saja yang terdapat disekolah tersebut sehingga nantinya dapat ditindak lanjuti oleh pemerintah setempat. lalu penanaman empati dan kepekaan sosial pada diri mahasiswa terhadap permasalahan kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya, mengasah keterampilan berpikir dalam bekerja bersama lintas bidang ilmu dan ragam asal mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, mengembangkan wawasan, karakter dan Soft Skills mahasiswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun