Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan Kecamatan Patuk didominasi oleh sampah organik, yaitu sekitar 69% dari total timbulan. Pada dasarnya sampah organik bisa terdegradasi secara alami namun memerlukan waktu yang cukup lama. Â Sampah organik selain menimbulkan masalah lingkungan dari proses pembusukan, juga menyumbang pembetukan gas methana, gas rumah kaca yang menyebabkan efek pemanasan global.Â
Kurangnya masyarakat dalam memilah sampah menjadikan alam memiliki andil besar dalam pengolahan sampah terutama pada sampah organik, namun tidak berimbang dibanding volume sampah yang diproduksi. Maka dari itu, perlu dilakukan pengembangan metode pengolahan sampah organik yang efektif dan efisien. Hal tersebut sejalan dengan tujuan SDGS pada poin 12.
Upaya tersebut dapat dijalankan dengan edukasi pengolahan sampah organik menjadi eco-enzyme. Eco- enzyme atau garbage enzyme adalah cairan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula aren, gula merah atau gula tebu). Nantinya, larutan yang dihasilkan memiliki banyak manfaat. Dalam proses fermentasinya, dihasilkan gas O3 (ozon) secara terus menurus yang sangat dibutuhkan atmosfer bumi.Â
Larutan eco-enzyme bila dicampur dengan air, akan bereaksi serta dapat digunakan sebagai cairan pembersih mulai dari piring, lantai, pakaian, kakus, sampai dengan pencuci rambut dan sabun mandi, serta pupuk maupun aktivator pupuk tanaman. Semakin banyak yang memanfaatkan eco enzyme ini, tentu sangat baik untuk lingkungan, dan juga sampah dapur dapat bermanfaat.
Eco enzyme memiliki keistimewaan tidak memerlukan lahan yang luas untuk proses fermentasi. Botol bekas atau bekas produk lain yang sudah tidak digunakan, dapat dimanfaatkan kembali sebagai wadah fermentasi eco enzyme, sehingga bisa dilakukan dengan mudah di rumah. Â Hal ini menjadi nilai tambah lagi karena mendukung konsep reuse dalam melestarikan lingkungan. Maka dari itu, upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran serta ketertarikan warga untuk mengolah sampah organik secara berkelanjutan dengan mudah.
Larutan serbaguna ini sangat mudah untuk dibuat. Pembuatannya membutuhkan bahan yaitu air, gula merah atau gula aren sebagai sumber karbon, serta sampah organik sayur dan buah dengan perbandingan 10 (air) : 1 (gula) : 3 (sampah organik). Sebagai contoh apabila air yang digunakan sebanyak 1 liter (1000 ml), maka gula yang dibutuhkan sebanyak 100 gram dan sampah organik sebanyak 300 gram. Contoh lain apabila air yang digunakan sebayak 10 liter, maka gula yang dibutuhkan sebanyak 1 kg dan sampah organik yang dibutuhkan sebanyak 3 kg.
Langkah pertama tuang air ke dalam wadah hingga memenuhi 60% dari ukuran wadah. Selanjutnya masukkan gula merah atau gula aren yang telah dihaluskan. Terakhir masukkan sampah organik sisa sayur dan buah yang telah dicacah kecil-kecil. Tutup rapat wadah dan simpan di tempat kering dan sejuk dengan suhu ruangan. Buka tutup wadah setiap hari pada minggu pertama untuk menghilangkan gas hasil fermentasi. Lalu, buka tutup wadah penyimpanan setiap dua hari sekali pada minggu kedua dan ketiga. Aduk eco enzyme pada waktu penyimpanan satu bulan dan dua bulan. Pada saat proses fermentasi akan muncul jamur atau lapisan seperti jeli pada larutan. Hal tersebut merupakan hal yang wajar.
Eco enzyme dapat dipanen setelah proses fermentasi selama 3 (tiga) bulan.Cara pemanenannya yaitu dengan disaring sehingga air dan ampasnya terpisah. Larutan berwarna coklat dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat itulah yang dinamakan eco ezyme. Lalu simpan eco enzyme di wadah tertutup. Warna eco eznyme tergantung pada warna gula yang digunakan. Jika menggunakan gula aren biasanya berwarna coklat terang. Sedangkan, jika menggunakan gula jawa atau molase biasanya berwarna coklat gelap. Keiistimewaan eco enzyme lainnya adalah eco-enzyme tidak memiliki tanggal kadaluarsa sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lama.
Penggunaan eco enzyme tidak boleh sembarangan. Ada takaran tertentu yang harus diikuti supaya eco enzyme bisa bekerja secara maksimal. Dilansir dari Sustaination dan Enyzme SOS, berikut aturan takaran pemakaian eco enzyme.
- Detergen pakaian: gunakan 150-300 ml eco enzyme tanpa campuran air. Jadi, eco enzyme yang digunakan masih bersifat konsentrat.
- Pembersih toilet/saluran air: gunakan 250 ml eco enzyme tanpa campuran air.
- Cairan pencuci piring, pembersih lantai, furniture, kompor dan dapur, karpet: campurkan 100 ml eco enzyme dengan 1 liter air.
- Pembersih permukaan kaca: campurkan 60 ml eco enzyme dengan 40 ml air.
- Pembersih buah dan sayur dari pestisida: campurkan 30 ml eco enzyme dengan 1 liter air, diamkan 5 menit, lalu bilas dengan air mengalir.
- Pupuk tanaman: campurkan 30 ml eco enzyme dengan 2 liter air.
- Pengusir serangga: campurkan 15 ml eco enzyme dengan 500 ml air.
Sebagai catatan, campuran eco enzyme hanya perlu disiapkan ketika akan digunakan dan maksimal waktu penyimpanan campuran yaitu 7 hari. Jika disimpan lebih dari 7 hari, bakteri pada air akan merusak larutan pembersih.