Mohon tunggu...
Siti kholis komara
Siti kholis komara Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat kegaduhan pemikiran

Penggiat Sosial yang hanya bisa menyumbangkan pemikirannya agar hidup tak kehilangan makna

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menikah, Akhir Perjalanan Karir Seorang Wanita

12 Mei 2020   14:13 Diperbarui: 12 Mei 2020   15:13 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menjadi wanita tidaklah mudah, banyak pakem yang harus ditaati, aturan-aturan yang seringkali menghakimi. Tak jarang kehadirannya dianggap sebagai beban sehingga harus segera dinikahkan agar meringankan beban keuangan keluarga.  

Bahkan setelah menikah geraknya dibatasi, pernahkah kamu mendengar kisah teman yang dulu jauh sebelum menikah dia adalah anak yang aktif, setiap hari ada saja yang dikerjakannya, menjadi koordinator dibanyak kegiatan tapi setelah menikah bak ditelan bumi kabarnya sudah tak pernah terdengar, kumpul-kumpul jarang dilakukan, prestasi dan kemampuan yang bisa membuat karirnya cemerlang dikorbankan atas nama ketundukan dan pengabdian pada gelar baru sebagai istri dan seorang ibu.

Apa menikah, memiliki anak akan menghambat karir seorang wanita, merubah kepribadian dan menggugurkan kewajiban sebagai sama-sama manusia ciptaan Tuhan?

Mungkin sebagian wanita membiarkan dan pasrah dengan keadaan apalagi jika sudah diiming-imgingi surga dan pahala, rasanya gelar sarjana dan perjuangan menempa keahlian tak lagi berguna.

Untuk apa bekerja lagi fokus saja mengurus anak dan rumah, urusan mencari uang adalah tanggungjawab kepala keluarga. Wah apalagi kalau sang suami mampu mencukupi semua kebutuhan, tak jarang wanita yang memaksa bekerja akan dilebel negatif. 

Haloo bapak-bapak yang budiman, para mertua yang tersayang serta segenap tetangga yang membanggakan, kami kaum wanita tidak ingin menggantikan posisi kepala keluarga dengan bekerja, bukan pula menginginkan harta melipah dengan mencari rupiah. 

Memang benar ada pembagian tugas dalam rumah tangga tapi coba kita duduk saling terbuka berbicara sebagai sama-sama manuisa yang memiliki tujuan sama sebagai khalifah fil ard, membangun masyarakat menjadi lebih baik adalah misi yang dibebankan kepada setiap manusia tidak memandang lelaki atau wanita.

Kita semua sepakat bahwa setiap manusia punya bakat yang unik, hadirnya melengkapi untuk bertukar peran agar tujuan cepat tercapai. Pernahkan berpikir jika banyak wanita berbakat yang punya potensi mempercepat perubahan justru harus duduk diam di sangkar emas yang bapak buatkan senyaman mungkin. 

Bagaimana kita kaum wanita akan memberikan pertanggungjawaban dihadapan Tuhan saat ditanya "Sudah apa saja yang kau hasilkan dari bakat yang Aku berikan?"

Bekerja, tidak hanya untuk mengumpulkan rupiah, tidak pula untuk menyombongkan diri. Apakah wanita yang bekerja menyalahi kodrat? Apakah wanita yang bekerja akan berbuat laknat sehingga layak dicap sebagai wanita yang tak taat. 

Setahu saya Islam tidak pernah melarang wanita bekerja hanya karena sudah berumah tangga, Siti Khadijah istri Rasulullah adalah seorang wanita karir yang sangat mapan, bisnisnya banyak, beliau terkenal sebagai pengusaha handal. Apa pernah Rasulullah melarang Khadijah bekerja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun