Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masker: Dulu Musuh, Sekarang Kawan?

6 Februari 2025   14:40 Diperbarui: 6 Februari 2025   14:40 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

Sejak pandemi COVID-19 melanda dunia, masker telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Meskipun pandemi Covid-19 telah mereda, penggunaan masker masih menjadi pemandangan umum, terutama di transportasi umum.  

Di era pasca pandemi, masker tidak lagi menjadi kewajiban, tetapi pilihan. Ada yang memilih untuk tetap menggunakan masker sebagai langkah antisipasi terhadap penyakit menular lainnya, terutama di tempat ramai atau saat merasa tidak sehat. Ada pula yang memilih untuk "bebas" dari masker dan kembali ke kehidupan normal.

Fenomena ini menarik untuk diamati karena menunjukkan perubahan perilaku kesehatan masyarakat yang bertahan pasca pandemi.  Dulu dianggap mengganggu, kini masker menjadi simbol perlindungan diri dan sesama. Namun, setelah pandemi mereda, apakah masker masih relevan?

Masker: Lebih dari Sekadar Alat Kesehatan

Masker terbukti efektif bukan hanya melawan Covid-19, tetapi juga virus dan bakteri penyebab flu, batuk, dan penyakit pernapasan lainnya. Masyarakat kini lebih sadar akan pentingnya pencegahan dan perlindungan diri dari berbagai penyakit, bukan hanya Covid-19.  

Masker telah menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit menular, terutama sejak pandemi COVID-19 melanda dunia. Masker bekerja dengan cara menghalangi droplet yang keluar dari mulut dan hidung saat seseorang berbicara, batuk, atau bersin. Droplet ini dapat mengandung virus atau bakteri penyebab penyakit menular. Dengan menggunakan masker, kita dapat mengurangi risiko penularan penyakit kepada orang lain, serta melindungi diri sendiri dari infeksi.

Beberapa ahli kesehatan masyarakat mengkampanyekan penggunaan masker. Di antaranya adalah Dr. Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) di Amerika Serikat, dan Dr. Maria Van Kerkhove, ahli epidemiologi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka berdua menekankan bahwa masker tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga orang lain di sekitar kita. Selain itu, di Indonesia, Dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, juga mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.

Masker memiliki peran penting dalam mencegah penyebaran penyakit menular karena beberapa alasan. Pertama, masker mencegah penyebaran droplet yang mengandung virus atau bakteri. Kedua, masker melindungi diri sendiri dari droplet yang mungkin dikeluarkan oleh orang lain. Ketiga, dengan menggunakan masker, kita turut berkontribusi dalam mengurangi penularan penyakit di masyarakat. Oleh karena itu, penggunaan masker di transportasi umum yang padat menjadi cara praktis untuk meminimalisir risiko penularan.

Masker tidak hanya melindungi dari penyakit, tetapi juga dari polusi udara. Di kota-kota besar dengan tingkat polusi tinggi, masker menjadi tameng bagi pernapasan kita. Di banyak kota besar, polusi udara masih menjadi masalah serius. Masker, terutama yang dilengkapi filter, dapat membantu menyaring partikel-partikel berbahaya di udara dan melindungi saluran pernapasan. Transportasi umum seringkali terpapar polusi udara yang lebih tinggi, sehingga penggunaan masker menjadi pilihan yang logis.

Selain itu, masker juga memiliki dimensi sosial. Menggunakan masker adalah bentuk kepedulian terhadap orang lain, terutama mereka yang rentan terhadap penyakit. Masker juga menjadi simbol solidaritas, mengingatkan kita akan perjuangan bersama melawan pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun