Mohon tunggu...
Siswo Budi Utomo
Siswo Budi Utomo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi Manfaat untuk Bekal Akhirat

Never stop dreaming

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengambil Hikmah: Pengalaman Pribadi Tidak Melanjutkan Program di Kampung Inggris Pare Saat Wabah SarCov2.

30 Maret 2020   14:00 Diperbarui: 30 Maret 2020   23:27 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini berangkat dari penetapan status zona merah di pare, tepatnya informasi yang saya dapatkan beberapa status odp, pdp dan positif korona terdapat di kampung Inggris, pare. untuk menambah informasi mengenai sebelum status  kampung Inggris pare ditetapkan sebagai zona merah, pembaca bisa membaca tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Covid- 19 ditetapkan sebagai pandemic, Kampung Inggris pare masih santuy?".

Kekhawatiran saya sudah ada sejak sebelum ditetapkannya SarCov2 sebagai pandemic. Sebelum ditetapkan sebagai pandemic, penulis sudah kembali ke kampung halaman  dan melakukan isolasi mandiri di rumah.

Penulis menilai, skema preventif  di kampung Inggris pare, saat covid 19 masih wabah belum siap. Sejujurnya rasa aman penulis belum terjamin, karena seperti memerangi musuh dalam labirin yang gelap, kalau virusnya sudah tiba.

Maksud penulis menulis kata Labirin pada  kalimat di atas untuk menggambarkan tentang virus yang sudah memapari seseorang lalu seorang terpapar virus berpindah tempat (carrier), tentu carrier atau yang kita istilahkan dengan positif covid tetapi belum terkonfirmasi oleh laboraturium akan menulari manusia lain saat carrier berkelana wherever they want. Maka jejak virusnya penulis istilahkan dengan labirin yang berarti menggambarkan kerumitan. Disamping itu teknologi belum menjangkau untuk melakukan tes cepat dan masal. tentu kecepatan pergerakannya cepat dan semakin rumit.

Alasan kami mengatakan mereka bisa saja berkelana, simplenya begini, kejadian yang seperti ini sudah ada di berita berita online. bahkan sempat ada yang berstatus positif melarikan diri dari rumah sakit.

Atau ada pula yang himbauan ketika sudah merasa ada gejala terpapar virus covid -19, malah tidak mengisolasi diri namun berkelana. Berkelana menggambarkan perjalanan jauh karena bisa juga mereka tidak terawasi dan berpergian sesuai dengan yang diinginkan.

Sedangkan istilah Gelap untuk menggambarkan bahwa virus ini tidak kasat mata, persebarannya terus bergerak ditengah keramaian. Kadang ketika terjangkit virus ini, korbannya bisa memiliki gejala yang berbeda -beda. Dalam gelap, mata kita tidak bisa membedakan sesuatu yang ada.

Pada tulisan sebelumnya penulis memaparkan kampung inggris, yang terletak di desa Tulung rejo kecamatan Pare, berpotensi terjangkit virus covid lebih rentan karena 3 hal.

1.  kedatangan dari berbagai siswa dari daerah di seluruh indonesia.

2. kebiasaan di akhir pekan travelling, dan malam hari pada hari hari biasa ada yang nongkrong bareng di kafe.

3. program pembelajarannya bersifat langsung, berkumpul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun