Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Silaturahim Dunia Nyata dan Maya melalui Komunitas

12 Juni 2023   11:03 Diperbarui: 12 Juni 2023   11:12 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: depoknetizen.com

Berbicara tentang ikut komunitas yang disajikan sebagai topik pilihan Kompasiana, saya pernah mengunggah artikel keikutsertaan bersama Komunitas One day One Juz di Kompasiana. Pembaca bisa membaca pada tautan yang tersemat.

Selain komunitas tersebut beraktivitas di dunia maya, ada juga mengadakan kegiatan di dunia nyata sesuai domisili masing-masing anggotanya. Biasanya diadakan oleh para pengurus daerah setempat guna bertemu langsung alias kopi darat (kopdar), maupun kegiatan kajian melalui zoom.

Saya pribadi mengikuti beberapa komunitas dunia maya melalui grup perpesanan. Rerata adalah grup-grup dari para alumni sebuah kelas penulisan. 

Satu di antaranya saya berusaha aktif sebagai pengurus dan anggota atas permintaan kawan-kawan di grup tersebut. Lebih banyak suka daripada dukanya, karena meski mengenal mereka melalui percakapan dan belum pernah sekalipun bertemu langsung, tetap bisa dibawa enjoy dan asyik, selama obrolan yang mengalir adalah hal yang wajar, canda yang tidak berlebihan dan berusaha santuy.

Namanya juga ngobrol di grup, tidak bertatap muka langsung melihat ekspresi mereka yang sesungguhnya. Namun dari cara 'bertutur' melalui tulisan, sebisa mungkin memahami karakter seseorang melalui komentar dan gaya bahasanya.


***

Baca juga: Tembang

Nah, ngumpul bareng para Kompasianer, juga seru bagi saya yang notabene baru gabung di Kompasiana sekitar dua setengah tahun ini. Ada lima grup whatsapp kompasianer yang saya ikuti.

Dua di antaranya, saya berusaha aktif berinteraksi dengan para anggota grup. Tiga lainnya, saya hanya nimbrung sesekali saja. Sebab grup tersebut sepi obrolan, hanya  berisi unggahan tautan tulisan artikel dari para anggota. Sepertinya butuh dipancing dulu untuk membuka obrolan di sana. Bisa jadi, karena kesibukan masing-masing anggota di grup tersebut.

Ngomong-ngomong, ada lho yang memang babar blas nggak pengen ikutan komunitas begini. Bagi orang tersebut, tanpa komunitas, dirinya tetap bisa terus berkarya. Ya, itu hak setiap orang mau berkomunitas atau tidaknya. Bisa jadi, ia punya komunitas di luar dunia penulisan seperti kita yang aktif nulis di Kompasiana.

Saya sendiri tetap membutuhkannya. Bahkan saat Kompasiana menyediakan wadah Temu Komunitas, saya antusias bergabung dengan beberapa di antara komunitas yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun