Mohon tunggu...
Susilawati
Susilawati Mohon Tunggu... Dosen - Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Hilangnya Kapal Selam KRI Nanggala-402

23 April 2021   22:26 Diperbarui: 23 April 2021   23:14 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Idealnya Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki wilayah perairan yang sangat luas, jumlah kapal selam menjadi hal yang sangat krusial. 

Menurut Ryamizard Ryacudu pada 11 April 2019 di Dermaga Fasilitas Kapal Selam PT. PAL bahwa target pada tahun 2024-2025 berjumlah 12 buah (www.kompas.tv). Saat ini kapal selam yang dimiliki Indonesia sebanyak 5 buah yaitu Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, KRI Alugoro-402, KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402 yang saat ini hilang kontak di laut utara Bali. 

Kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak sejak Rabu, 21 April 2021 dini hari masih dalam upaya pencarian. Diperkirakan jika tenggelam ke dasar laut dan hilang maka armada kapal selam Indonesia menjadi berkurang jumlahnya.

KRI Nanggala-402 dibuat oleh Jerman pada tahun 1977, kapal seberat 1.395 ton ini memiliki kemampuan jelajah 21,5 knot dan memiliki kecanggihan 14 buah torpedo 21 inci/533 m dalam 8 tabung. Dapat menyelam hingga di kedalaman laut 250 meter di bawah permukaan laut selama 3 bulan (detikedu).

Satu kapal selam Indonesia berfungsi menjaga 650.000 km2 perairan Indonesia, merupakan tugas yang sangat berat. Kapal selam lebih aman dari serangan musuh karena beroperasi di bawah permukaan laut jika dibandingkan dengan kapal yang berada di permukaan laut. Kapal selam menjadi salah satu armada tempur yang sangat rahasia sekaligus mahal, wajar jika tidak semua negara memiliki informasi tentang kapal selam karena jarang terekspose ke publik.

Di negara Asean saja, hanya Vietnam yang memiliki jumlah kapal selam terbanyak yaitu 6 buah, Indonesia 5 buah, Singapore 4 buah, Malaysia 2 buah, Myanmar 1 buah, bahkan Thailand dan Filipina tidak memiliki kapal selam (Solopos.com).

Mengingat mahal dan berbahayanya cara kerja kapal selam bahkan sebelum digunakan untuk berperang melawan atau menghalau musuh, ditambah kapal selam KRI Nanggala-402 yang usianya telah melampaui 40 tahun, apakah ini tidak menjadi perhatian serius, apalagi dengan kapasitas awak lebih dari 50 orang, yang sangat dikawatirkan keselamatan mereka saat ini. Sungguh situasi yang amat menyedihkan dan membuat hati miris mengetahuinya.

Dalam kondisi seperti ini sejatinya dibutuhkan ketersediaan pendukung keamanan dan keselamatan bagi KRI Nanggala-402 yang hilang, (proses evakuasi yang  sangat terukur) untuk bisa mengetahui titik hilangnya kapal selam dan tidak terombang ambingnya nasib awak kapal yang berada di dalamnya (karena sejak hilang kontak, kapal selam masih memiliki ketersediaan oksigen selama 72 jam atau 3 hari, jika hari Rabu lalu hilang maka sampai besok hari Sabtu pukul 03.00 dini hari mereka masih memiliki kesempatan menghirup oksigen).

Jika menilik lebih dalam, seberapa perlunya Indonesia memiliki armada perang atau alat utama sistem senjata (alutsista) merupakan salah satu pembentuk kekuatan tersebut, baik alutsista militer kekuatan darat, udara maupun laut (https://kompaspedia.kompas.id) seperti kapal selam? Jika tidak memiliki kapal selam seperti Thailand dan Filipina, apakah akan melemahkan pertahanan negara? Apalagi saat ini ancaman dan gangguan tidak lagi dalam bentuk invasi militer ataupun jika digunakan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan laut Indonesia seberapa besar kemanfaatannya? 

Mengingat prajurit selalu menjadi korban dari penggunaan alutsista yang seringkali akibat dari kelalaian manusia, apakah dari segi perawatan alutsista yang sejatinya dilakukan secara berkala, atau usia alutsista yang sudah tidak lagi bisa diharapkan namun dipaksakan untuk digunakan atau karena terlalu lama tidak digunakan sehingga terjadi penguapan yang membuat mesin-mesin tidak lagi  berfungsi normal saat digunakan?

Alangkah besar biaya yang disediakan untuk mendukung fungsi pertahanan negara bahkan menempati urutan kedua setelah pendidikan dari APBN, tetapi sepertinya belum juga mampu mencukupi ketersediaan alutsista yang ideal bagi Indonesia. PT. PAL juga sudah berupaya untuk membuat kapal selam yang bekerja sama dengan Daewoo Shipbuilding dan Marine Engineering (DSME), dan kapal KRI  Alugoro-45 menjadi kapal selam pertama yang dibuat. Ini membuktikan bahwa anggaran pertahanan lebih banyak dialokasikan dalam hal ini dan sudah dimulai untuk memproduksi alutsista khususnya kapal selam, untuk mendukung jumlah yang ditargetkan atau bahkan bisa lebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun