Mohon tunggu...
Hasna A Fadhilah
Hasna A Fadhilah Mohon Tunggu... Administrasi - Tim rebahan

Saya (moody) writer. Disini untuk menuangkan unek-unek biar otak tidak lagi sumpek.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hanya Perempuankah yang Salah?

17 Desember 2017   07:11 Diperbarui: 17 Desember 2017   09:00 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut saya, berbicara kesetaraan gender bukan berarti bahwa apa yang didapat dan dilakukan antara perempuan dan laki-laki harus sama. Tiap gender sudah memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Yang perlu ditekankan adalah bagaimana saling menghargai dan membantu agar kewajiban dan hak dijalankan secara seimbang. Sayangnya, situasi ideal seperti ini di Indonesia masih jauh dari harapan. Jangankan untuk mendapatkan pelayanan dasar yang memadai seperti pendidikan dan kesehatan.

Hal yang sepele saja, budaya menghargai perempuan saja sering dianggap angin lalu. Karena seringnya diacuhkan, perempuan seringkali tidak berani bersuara, bahkan ketika mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, mereka lebih memilih diam dan memendam penderitaan. Akibatnya, keengganan kaum wanita untuk menuntut hak menyebabkan pelaku pelecehan semakin semena-mena, bahkan tidak jarang mereka melakukan tindakan sadis, seperti pembunuhan.

Dihimpun oleh akun 'Menghitung Pembunuhan Perempuan', sepanjang tahun 2016 tindak kekerasan pada kaum hawa mencapai 259.150 kasus dan terdapat 193 insiden pembunuhan perempuan. Untuk 2017, data terakhir sudah mencapai angka 145. Mirisnya, 50% kejadian ini dilakukan oleh pasangannya sendiri, baik suami maupun kekasih. Meski para korban tidak memiliki hubungan darah dan tiap kasus terjadi di daerah yang berbeda, namun terdapat pola yang sama dari semuanya, yakni perempuan yang menjadi korban dianggap tidak dapat memenuhi permintaan pelaku dan keberadaan mereka hanya sebatas sebagai objek pemuas hawa nafsu.

Catatan kelam ini mungkin bisa ditelusuri dari budaya kita yang hanya menuntut perempuan untuk tampil sopan dan menutup aurat, tapi tidak menegaskan laki-laki untuk menjaga pandangan dan hawa nafsunya. Bukankah tiap insiden bukan hanya berawal dari kelengahan korban, tapi juga niat pelaku?

Sedihnya, kesadaran untuk menghargai keberadaan perempuan juga masih minim di kalangan masyarakat kita. Nggak heran, Jakarta masuk sepuluh kota dunia yang tidak aman bagi perempuan (Thomson Reuters Foundation Poll, 2017). Beberapa hari lalu saya menulis thread di forum kaskus dan bertanya kepada para laki-laki apakah bersiul dan menggoda wanita yang berjalan di hadapannya (catcalling) adalah suatu hal yang wajar? Dari poll tersebut, 16,67% responden menganggap hal tersebut lumrah. Bahkan ada yang balik bertanya, "bukannya cewek seneng-seneng aja digodain?"

Membaca pernyataan tadi sebenarnya sudah bikin saya meradang, tapi dari sini saya juga menyadari bahwa kita tidak bisa tinggal diam. Sudah saatnya kita untuk bicara. Bila kita tahu keluarga, teman, tetangga, atau siapapun yang mengalami kekerasan, segera laporkan dan bantu mereka melewati masa krisis. Bila kesulitan, kita juga bisa berkonsultasi dan meminta tolong kepada lembaga berikut:
1) Yayasan Pulih: Jl. Tlk. Peleng No.63, RT.5/RW.8, 8, Ps. Minggu, Jakarta Selatan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520. Telp: (021) 78842580

2) Unit Pengaduan Rujukan Komnas Perempuan: Jl. Latuharhari No.4B, RT.1/RW.4, Menteng, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10310. Telp: (021) 3903963

3) Pusat Krisis Terpadu Untuk Perempuan dan Anak RSCM Lokasi: Instalasi Gawat Darurat RSCM Lantai II, Jl.Diponegoro 71 Jakarta Pusat
Telp/Fax: 021- 316 2261

4) Layanan Darurat Jakarta Siaga, 112.

5) LBH Apik: Jalan Tengah Raya No.31, RT.1/RW.9, Kp. Tengah, Kramatjati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13520. Telp: (021) 87797289

Sekali lagi, asking women to not dress provocatively is not enough. We also need to teach men not to rape!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun