"Dialah yang menurunkan air dari langit lalu dengannya Kami menumbuhkan segala macam tumbuhan. Maka, darinya Kami mengeluarkan tanaman yang menghijau. Darinya Kami mengeluarkan butir yang bertumpuk (banyak). Dari mayang kurma (mengurai) tangkai-tangkai yang menjuntai. (Kami menumbuhkan) kebun-kebun anggur. (Kami menumbuhkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah dan menjadi masak. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman." -Surat Al-An'am ayat 99.
Kebun Raya Bogor selalu memberikan kesan tersendiri bagiku yang merupakan penduduk asli Kota Bogor. Aku tak pernah jenuh menjelajahi keindahan hutan buatannya. Aku selalu merasa Kebun Raya Bogor adalah rumahku yang sebenarnya. Melankolis, bukan?
Setelah terpaksa pindah sementara waktu dari Kota Bogor pun, aku tak pernah bisa melupakan obyek wisata tersebut. Selama 2 tahun aku tinggal nomaden, aku bermimpi sambung-menyambung setiap beberapa bulan bagaikan episode sinetron. Bermimpi mengitari bagian luar Kebun Raya Bogor, dari depan Balaikota Bogor, Tugu Kujang, hingga ke pintu masuk Kebun Raya Bogor yang menghadap Mall Kebun Raya. Akhirnya, selesai juga mimpi berjalan kaki yang cukup melelahkan. Beginilah rasanya jika jatuh cinta pada suatu area. Dan bagaimana dengan dirimu? Apakah kau juga akan merasakan hal serupa ketika berwisata sejarah Ramadan di Kebun Raya Bogor? =)
Pepohonan yang tinggi menjulang sangatlah cantik dengan akar-akar gantungnya. Diameter pohon yang sangat lebar sehingga tak bisa memeluknya. Ranting-ranting yang memberikan kesan misterius seolah-olah berada di negari dongeng antah-berantah.
Di dalam Kebun Raya Bogor mengalir Sungai Sipatahunan, yang merupakan sungai legendaris, tempat Lutung Kasarung mandi dan berubah wujud dari seekor lutung (sejenis monyet berbulu hitam) menjadi pangeran manusia tamvan nan rupawan. Jangan mencoba mandi di sungai tersebut karena ingin tamvan seperti Lutung Kasarung! Khawatir kalian malah berubah jadi lutung karena efek kebalikan ... Just kidding :P Arus sungai tak terduga, bisa tiba-tiba deras. Belum lagi jika ada palung sungai. Adanya palung berarti ada tekanan air yang bisa menyedot orang yang sedang berenang hingga tenggelam dan bahkan, masuk ke dalam palung.
Semasa remaja, aku tak hanya melihat kawanan kalong yang bertengger memenuhi pepohonan tinggi, tapi juga seekor biawak dewasa muda. Ia sedang duduk manis di atas bebatuan sungai. Mungkinkah ia juga akan berubah menjadi pangeran tamvan? Aaargh ...
     "Biawak itu sedang makan apa sih?" tanyaku.
     "Sepertinya ikan," jawab Mama.
Seperti tahu dirinya digosipkan, biawak itu menoleh ke atas, tepat ke arah kami berdua yang sedang berdiri di tepi jembatan. Ia pun memamerkan makanannya. Oh, ternyata ayam mentah. Sepertinya, ada yang memberinya makan karena ayamnya tak berbulu.