Mohon tunggu...
Sis Ariyanti
Sis Ariyanti Mohon Tunggu... Guru - guru yang pengen jadi penulis dan pengarang

sebagai guru di salah satu sekolah swasta di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Berjuta Ide dan Inovasi

15 Juni 2019   05:10 Diperbarui: 15 Juni 2019   05:50 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semangat sekolah-sekolah di Indonesia memperbaiki kualitas pendidikan dan pelayanan kian membaik. Bukan hanya di sekolah swasta saja, tapi juga sekolah pemerintah. Sekarang tipis sekali beda antara sekolah swasta dan pemerintah dalam hal kualitas dan pelayanan kepada peserta  didik. Justru sekolah pemerintah saat ini cenderung mengikuti trend sekolah swasta yang favorit. Misalnya, sekolah pemerintah menjadi full day, memasukkan program mengaji, dan memberikan perhatian yang besar terhadap masalah ibadah peserta didik. Hal ini secara tidak langsung terjadi "kompetisi" di antara keduanya ketika tahun ajaran baru. Saling berebut peserta didik. 

Sekolah pemerintah kini kian menarik hati sebagian golongan masyarakat menengah ke atas untuk menyekolahkan anak-anaknya di sana. Kenapa? Faktor biaya yang lebih murah dengan kualitas pendidikan yang sudah bagus itu menjadi bahan pertimbangannya. Kondisi demikian, memaksa  sekolah swasta untuk terus berinovasi agar bisa bertahan, bersaing, dan tidak mengalami penurunan minat calon peserta didik baru. Berhenti berinovasi berarti mati. Pasalnya hidupnya sekolah swasta bergantung dari peserta didik.

Menjamurnya sekolah pemerintah juga semakin membuat sekolah swasta berpikir keras untuk membuat program program yang menarik. Oleh karena itu mau tidak mau seluruh guru di sekolah swasta harus memiliki berjuta ide. Perlu diingat juga bahwa kompetitor sekolah swasta bukan hanya sekolah pemerintah akan tetapi juga sesama swasta. 

Kemajuan sebuah sekolah bukan menjadi tanggung jawab kepala sekolah saja ataupun pemilik yayasan, itulah yang harus tertanam di sadari oleh semuanya. Rasa memiliki dan peduli dengan tempatnya berjuang serta membimbing generasi penerus bangsa harus kuat pada setiap guru. Demikian juga rasa otoriter pemegang kekuasaan perlu dilebur. Kedua belah pihak ini harus membangun simbiosis mutualisme. Dengan kata lain  semuanya harus loyal. Ada rasa saling membutuhkan. 

Salah satu hal bisa dibangun yakni dengan menampung ide ide kreatif. Dalam satu kesempatan terjadi diskusi antara pimpinan dan bawahan bagaimana agar sekolah tersebut bisa menjadi magnet bagi calon peserta didik. Pengalaman dan wawasan bawahan menjadi berharga ketika ada forum forum demikian. Tidak ada kata otoriter dan senioritas. Salung bergandengan. 

Program-program sekolah tidak monoton. Artinya tidak ada variasi dan Inovasi. Hanya mengulang-ulang tahun sebelumnya. Bolehlah mengulanv program yang menarik animo peserta didik. Sementara program yang terkesan membosankan di delete atau dikreasi lagi sedemikian rupa sehingga jadi menarik. Sekolah sejuta ide dan inovasi akan lebih eksis. Semangat inilah yang harus terus dipupuk. Bisa dipastikan jika guru-gurunya selalu berinovasi maka peserta didiknya pun akan demikian. Keteladanan lebih hebat dibanding sekadar kata-kata/ceramah. Apabila semua sekolah demikian, pada akhirnya pendidikan di Indonesia semakin hidup dan maju. Tidak kalah dengan sekolah di luar negeri. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun