Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Medan

Nggak Bisa Naik Kereta Ya!

15 Juli 2022   10:59 Diperbarui: 15 Juli 2022   11:02 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medan. Sumber ilustrasi: TRIBUNNEWS/Aqmarul Akhyar

Menikmati tetesan kopi di pagi hari. Celetukan saya pada suami tentang perjalanan 20 tahun lalu ke Eropa tepatnya Jerman dan Belanda.

Intinya menjelaskan bahagia menjadi manusia disana. Taman luas dimana-mana, pohon berdaun rindang dan rimbun di tengah kota. Duduk bebas dimana saja seraya menikmati sepotong roti atau teh. Surganya pejalan kaki. Trotoar sangat rapi, lebar, indah untuk dinikmati setiap jengkalnya. Hidup dengan mengandalkan kaki menelusuri setiap titik kota menjadi sebuah kenikmatan personal.

Sayangnya, peradaban di Indonesia masih baru ditemukan. Suami nyeletuk tentang ruang publik, gaya hidup ada kaitan dengan peradaban yang tinggi. Eropa sudah melampui kita sampai beberapa ratus  dekade lompatan. Sehingga fasilitas publik agar orang bisa"leisure","enjoy", "happy" adalah bagian dari tanggungjawab pemerintah. Dengan membangun fasilitas umum yang nyaman, penuh estetika, ramah disabilitas dan tentu sangat terpelihara. 

"Kita masih setengah barbar!", ujarnya sambil tersenyum. Benar saja, aku merasa memang merasa berada diantara manusia barbar dan aku sendiri masih barbar..he..he. 

Tidak bisa membawa kereta (sepeda motor) adalah bagian manusia tidak merdeka di Indonesia, terlebih di kota Medan. Karena  transportasi publik hanya ada di jalan-jalan utama. Rata-rata fasilitasnya apa adanya. Belum lagi jika pemukiman atau rumah tinggal kita ada di daerah terisolir. Cemburu rasanya melihat bus-bus umum melewati desa -desa di Eropa. Kereta Api dimana-mana, turun bisa di stasiun bawah tanah rumah terdekat kita. Di Indonesia, termasuk kota Medan dan sekitarnya, angkutan hanya ada di jam-jam tertentu. Lewat jam enam sore, mampuslah kita. Yang ada becak, becek dan lecek. 

Menyinggung fasilitas umum di kota Medan, yang ada hanya tawa getir dan nelangsa. Pejalan kaki dibully sepanjang langkah. 

Berjalan di bawah ancaman angkutan kota yang ugal-ugalan, mobil pribadi yang dengan klakson melengking, pesedamotor yang terus marah....

Sesekali ingin menikmati kursi besi di bawah pohon di Lapangan Merdeka Kota Medan. Yang ada aroma pesing dari tong sampah disekitar kursi santai. Atau kursi besi yang koyak di tengah. Terkadang  besi-besi terlihat sudah berkarat.

Perlu 1000 tahun lagi menikmati fasilitas umum senyaman di Eropa untuk di Kota Medan. Itulah yang terbersit. Pejabat kota perlu direformasi. Sistem   terus menerus diperbaharui. Dan peradaban demi peradaban harus dilewati.

Ah...seruput kopi dan sepotong rebusan pisang dululah.

Menunggu 1000 tahun lagi menikmati sepotong roti di taman kota Medan yang sejuk, nyaman dan menyenangkan!! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun