Mohon tunggu...
Sintia Novita Agata
Sintia Novita Agata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga Fakultas Perikanan dan Kelautan Prodi Akuakultur

Nama saya Sintia Novita Agata Sari biasa dipanggil Novita. Saya hobi memasak dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyakit Usus Misterius di Korea Utara

1 Juli 2022   21:53 Diperbarui: 1 Juli 2022   21:54 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada hari Kamis, 16 Juni 2022, Korea Utara mengumumkan bahwa negara tersebut sedang menangani wabah penyakit usus yang tidak diketahui. Sebelumnya pada tanggal 12 Mei, Korea Utara untuk pertama kalinya mengakui bahwa mereka sedang menangani wabah COVID-19. Pengakuan itu muncul setelah lebih dari dua tahun pandemi virus corona terjadi di seluruh dunia.

Meskipun nama penyakit usus tersebut belum dipublikasikan, media pemerintah melaporkan bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un telah mengirim obat-obatan ke wilayah barat Hwanghae Selatan untuk memerangi "epidemi enterik akut" tersebut.

Seseorang dapat tertular infeksi usus melalui menelan makanan atau minuman yang tercemar namun infeksi ini juga dapat ditularkan dari orang ke orang. Penyakit usus bisa berakibat fatal jika diabaikan dan gejala yang ditimbulkan yaitu diare, demam, atau kram.

Menurut Kementerian Unifikasi yang dikutip oleh media lokal, pemerintah Korea Selatan yakin penyakit usus itu bisa jadi adalah kolera atau demam tifoid. Penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera dan tipus telah merajalela di Korea Utara sebelum infeksi virus corona pertama di negara itu terjadi. Menurut Ahn Kyung-su, dari pusat penelitian DPRK Health di Seoul, penyakit usus bukanlah situasi yang tidak biasa mengingat kondisi kesehatan dan sanitasi negara Korea Utara yang buruk.

Meskipun pihak Korea Selatan telah menawarkan bantuan untuk menangani penyakit usus ini, Korea Utara menolak bantuan tersebut. Situasi ini dapat menimbulkan ancaman serius bagi pemerintah Korea Utara yang mungkin tidak memiliki sumber daya yang diperlukan untuk secara efektif dapat mengobati dua penyakit akut sekaligus.

Menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), pihak berwenang telah memberikan obat yang cukup untuk lebih dari 800 rumah tangga yang menderita wabah epidemi usus misterius ini di Provinsi Hwanghae Selatan. Provinsi itu adalah wilayah pertanian utama Korea, dan epidemi telah menyebabkan beberapa orang khawatir bahwa gelombang infeksi COVID-19 dapat menyebabkan lebih banyak kekurangan makanan di provinsi tersebut. Pemeriksaan intensif terhadap semua penduduk, karantina, dan perawatan khusus, serta pengawasan terhadap mereka yang paling rentan, seperti anak-anak dan orang tua, semuanya dijelaskan secara rinci oleh kantor berita negara KCNA pada hari Minggu, 19 Juni 2022.

Karena dugaan kurangnya kemampuan pengujian, Korea Utara telah melaporkan jumlah pasien dengan gejala demam dibandingkan kasus COVID-19 yang dikonfirmasi. KCNA pada hari Jumat melaporkan sebanyak lebih dari 23.160 orang mengalami gejala demam, sehingga jumlah total pasien COVID-19 di negara itu sejak akhir bulan April di atas 4,58 juta orang. Korban tewas akibat wabah ini mencapai 73 orang.

Sebelumnya, Korea Utara telah mengklaim bahwa lebih dari 98% korban demam telah pulih dan gelombang COVID-19 mulai melambat, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mempertanyakan pernyataan Pyongyang di awal bulan ini dan menganggap keadaan pandemi di Korea Utara semakin memburuk.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun