Mohon tunggu...
Sinta Alisyah
Sinta Alisyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semarak Literasi Baca Anak Melalui Sarana Buku Bahasa Ibu

20 Maret 2019   12:06 Diperbarui: 20 Maret 2019   12:19 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Membaca merupakan jendela dunia, kalimat slogan tersebut marak diperdengarkan pada anak sekolah baik tingkat usia dini maupun sekolah menengah. Tujuan maraknya pengenalan slogan tersebut tak lain untuk meningkatkan kuantitas serta kualitas membaca masyarakat Indonesia khususnya pada anak-anak. Selain mampu menambah wawasan, membaca juga mampu meningkatkan kecerdasan berpikir pada seseorang, terutama anak tingkat Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah Pertama, dimana pada usia tersebut anak berada pada pertumbuhan fisik maupun emosional yang pesat.

Maka dari itu, sejak tahun 2015 Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) telah meluncurkan gerakan literasi sekolah, dimana gerakan literasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kegemaran membaca anak serta penumbuhan budi pekerti pada anak. Demi menyukseskan program tersebut tentunya dibutuhkan pemilihan buku literasi yang sesuai dengan usia anak serta mampu meningkatkan kualitas belajar dan karakter pada anak. 

Berdasarkan buku pedoman gerakan literasi sekolah yang diterbitkan oleh Mendikbud pada tahun 2017, menyatakan buku yang dapat dipergunakan dalam program gerakan literasi merupakan buku nonteks pelajaran, yakni berupa buku referensi atau buku pengayaan, maupun buku pengembangan diri atau buku fiksi berupa novel, cerita pendek (cerpen), puisi, dan naskah drama. Pemilihan jenis buku tersebut didasarkan untuk mencapai tujuan peningkatan imajinasi, kreativitas, emosi serta pelbagai hal abstrak lainnya.

Dengan peluncuran program literasi tak lantas meroketkan peringkat Indonesia dalam hal minat membaca dengan mudah. Dalam kenyataan lapangan, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan minat baca khususnya pada usia anak-anak. Tantangan tersebut antara lain mulai dari kurang menariknya buku bacaan hingga kurangnya kemampuan anak dalam berbahasa Indonesia. Masalah tersebut tentunya menjadi kendala baik bagi orang tua, pendidik maupun pemerintah.

Salah satu cara pendekatan yang dapat digunakan dalam peningkatan literasi membaca khususnya pada anak, yakni menggunakan buku cerita anak dengan bahasa daerah atau bahasa ibu. Seperti yang kita ketahui, sebagian besar anak Indonesia sebelum masuk sekolah formal pertama, anak akan menggunakan bahasa ibu berupa bahasa daerah. Anak lebih mengenal serta memahami bahasa daerah daripada bahasa Indonesia mengingat sebagian besar anak Indonesia hidup di tengah lingkungan yang kaya akan kearifan lokal termasuk bahasa daerah. 

Dengan memasukkan buku bacaan berbahasa daerah dalam program gerakan literasi, anak akan mulai memiliki sifat nyaman dan senang akan buku bacaan tersebut, sehingga anak akan senang untuk membaca buku. Diharapkan dengan menggunakan buku bacaan anak berbahasa daerah atau bahasa ibu dapat menjadi langkah awal dalam mengenalkan budaya membaca pada anak, serta mampu menjadi jembatan untuk menarik anak belajar bahasa nasional yakni bahasa Indonesia.

Dalam perkembangannya, pada tahun 2017 sebanyak 55 buku cerita berbahasa ibu atau bahasa daerah diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai bahan ajar pendidikan anak usia dini (PAUD). Bahasa daerah yang digunakan dalam buku cerita tersebut antara lain bahasa Aceh, Sunda, Batak Karo, Melayu, Palembang, Banjar, Dayak, Sanggau, Minahasa, Manado, Bugis, dan Ambon. 

Namun demikian, penerbitan buku tersebut dirasa kurang memfasilitasi literasi membaca anak, mengingat banyaknya bahasa daerah yang dimiliki Indonesia serta keanekaragaman karakter siswa yang perlu untuk disesuaikan. Apabila buku literasi berbahasa daerah tersebut dapat terlaksana dengan mencukupi semua kebutuhan psikologis anak Indonesia, khususnya siswa-siswi Indonesia, maka akan membawa dampak bagi perkembangan baik kognitif maupun kreatif anak Indonesia. 

Direktur Pembinaan PAUD Kemendikbud, Ella Yulaelawati mengatakan, bahan ajar berbasis bahasa ibu tersebut dapat memberikan kepandaian dalam bahasa asli yang sangat penting untuk proses belajar berikutnya bagi anak karena bahasa ibu berkait dengan dasar cara berpikir. Kepandaian yang kurang dari bahasa pertama sering kali membuat proses belajar bahasa lain menjadi sulit.

Demi mencapai tujuan literasi yakni salah satu nya meningkatkan minat baca, maka perlu adanya sinergi dari berbagai pihak. Penulis literasi buku bacaan anak berbahasa daerah merupakan tokoh utama yang perlu diperhatikan. Dapat diketahui bahwa saat ini cukup banyak penerbit buku yang siap memfasilitasi penerbitan buku, termasuk penerbit dari pemerintah. 

Namun sayangnya, tidak diimbangi degan partisipasi penulis untuk menulis buku cerita anak berbahasa daerah. Diharapkan kedepannya pemerintah dapat menggalakkan suatu program yang mampu memfasilitasi serta meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia, khususnya tenaga penulis profesional Indonesia untuk membuat karya berupa buku cerita anak berbahasa daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun