Mohon tunggu...
Sindi Darmawan Prasetyo
Sindi Darmawan Prasetyo Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca yang ingin menulis

Menulis sedikit tapi bermanfaat, karena memberi inspirasi lebih penting dari sekedar menjadi viral

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Crazy Rich Premiership, Mencatat Sejarah dengan Tinta Poundsterling

21 April 2020   17:17 Diperbarui: 22 April 2020   17:22 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : insider.co.uk

Newcastle sedang bersiap menjadi 'anggota baru' Kerajaan Arab Saudi, setelah Putra Mahkota Mohammed Bin Salman menjajaki pembelian klub Tyneside tersebut.

Menurut media Inggris Mirror (20/4/2020), penawaran Pangeran Salman di angka 300 juta pound telah disepakati oleh owner Newcastle, Mike Ashley. Dengan demikian Pangeran Salman akan menjadi pemegang saham mayoritas klub sebesar 80 persen.

Isu investor baru Newcastle bukanlah yang pertama. Di awal musim 2019/2020 Newcastle pernah dikaitkan dengan akuisisi oleh Midhat Kidwai, konglomerat Bin Zayed Group. Tapi kabar itu menguap di tengah jalan.

Akuisisi klub Inggris oleh investor asing juga bukan cerita baru. Jika Pangeran Salman jadi membeli Newcastle, maka 15 dari 20 klub kasta tertinggi Inggris dimiliki oleh investor asing. Hanya Brighton, Burnley, Tottenham, West Ham dan Norwich yang masih dimiliki orang Inggris Raya.

Padahal saat Roman Abramovich datang membeli Chelsea pada 2003 silam, hanya Mohamed Al Fayed satu-satunya investor asing di Liga Inggris. Pebisnis Mesir tersebut sudah menjadi pemilik Fulham sejak 1997.

Kenapa investor asing jadi berlomba-lomba membeli klub Inggris? Semua karena English Premier League (EPL) atau juga dikenal sebagai Premiership.

EPL tak sekedar sebuah kompetisi tapi sudah menjadi merk yang besar. EPL pertama kali diperkenalkan pada 1992 sebagai konsep baru kompetisi yang mandiri dan lebih komersil.

EPL memperkenalkan konsep pembagian pendapatan hak siar 50-25-25. Artinya 50 persen pendapatan hak siar akan dibagi rata kepada semua klub peserta, 25 persen dibagikan proporsional sesuai posisi akhir klasemen dan 25 persen diberikan berdasarkan jumlah pertandingan suatu klub yang disiarkan televisi. Pendapatan hak siar kemudian berkembang menjadi pendapatan utama klub melebihi pendapatan tiket.

Sekarang EPL disiarkan secara masif di 212 negara. Nilai hak siar pun melonjak tajam. Dilansir dari AP (29/5/2019) Nilai hak siar EPL untuk tahun 2019-2022 sebesar 9,2 miliar pound. Naik jauh dibanding masa awal EPL dimana untuk tahun 1992-1997 nilai hak siar EPL masih 51 juta pound.

Jangkauan siaran yang luas membawa dampak munculnya basis penggemar baru di penjuru dunia. Banyak penggemar bola mulai mengidolakan klub seperti Chelsea, Manchester City hingga Tottenham. 

Berbeda dengan penggemar EPL dulu yang dukungannya hanya berkutat pada Manchester United (MU) atau Arsenal. Klub EPL mulai dikenal dan semakin mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun