Mengaso di ruang tunggu bandara Tuanku membiarkan kami rehat untuk sementara waktu. Ia menyelonjorkan aku dan kembaranku. Sehubungan tidak ada penerbangan langsung dari Bandung ke Bali, Tuanku transit di kota Jogja. Sama seperti kami, sang Merpati yang sudah menerbangkan kami sedang beristirahat dipersiapkan untuk penerbangan berikutnya.Â
      Waktu transit yang leluasa memberi kesempatan untuk menjelajah bandara. Sesaat kemudian kami sudah diberi aba-aba untuk menyusuri ruang tunggu dam memasuki toko souvenir. Kesukaan Tuanku pada barang etnik membuatnya berlama-lama menikmati pernak-pernik kerajinan dari kayu dan kulit. Hampir ia memberi souvenir kalau tidak ingat wisata utamanya belum juga dimulai - Bali.
      "Lebih besar, ya," ujar kembaranku.
      "Dan lebih lega," jawabku.
      Saat itu kami sedang menyusuri lorong kabin pesawat Garuda. Penerbangan Jogja - Bali akan dimulai. Tidak banyak penumpang. Tuanku mendapatkan tempat di samping jendela dan memberinya kesempatan melihat angkasa di luar pesawat.
      "Amazing," ungkapnya.
      "Dengar itu?" kataku pada kembaranku.
      "Amazing katanya. Mimpi apa dia ya punya pengalaman seperti ini?"
      "Kalau namanya garis tangan, ya bakalan terjadi."
      "Memang kamu percaya garis tangan?" tanyaku. Kembaranku terdiam.
      "Entahlah." Ia menjawab, "Yang jelas aku pernah mendengar dia berbisik, What have I done, God?"