Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

(4) Menghitung Rahmat: Selamat Jiwa karena Beasiswa

4 Maret 2021   20:02 Diperbarui: 4 Maret 2021   20:37 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau pendapat umum mengatakan jarang ada kesempatan kedua, maka bagiku kesempatan kedua itu ada dan kualami: tawaran kedua kalinya beasiswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Keputusan menerima kesempatan ini berlanjut pada langkah memastikan aku lolos seleksi masuk perguruan tinggi.

Hampir setahun aku tidak menyentuh buku pelajaran. Selama tinggal di kampung pikiran untuk melanjutkan studi hampir tidak pernah mampir. Sekarang kesempatan itu terbuka lebar. Aku hanya perlu mempersiapkan diri bersaing dengan mereka yang fresh graduates SLTA dan mereka yang seangkatan denganku untuk memperebutkan bangku perguruan tinggi negeri. 

Alam nampaknya berpihak padaku. Perkumpulan mahasiswa katolik yang base camp-nya berdampingan dengan biara tempat tinggal katolik yang menawarkan beasiswa menetap mengadakan program persiapan kilat masuk PTN. Kabar ini tentu mencercahkan harapan. Hanya, dimana aku akan tinggal kalau kuikuti program ini?

Alam kembali menunjukkan kemurahan hati. Biara tempat rohaniwan tinggal sedang diperluas untuk menambah ruangan termasuk kamar-kamar para calon pastor. Bangunan baru sudah jadi menyisakan finishing kusen dan pernak-pernik lainnya. 

Aku menyambut tawaran dari rohaniwan untuk tinggal di bangunan baru bersama mandor dan para pekerja dan membantu pekerjaan tukang. Maka, setelah mengalami bekerja di penerbitan dan toko grosir, pengalaman bekerjaku yang baru adalah mengampelas kusen-kusen bangunan baru sebelum dicat - pekerjaan yang menjemukan karena harus mengampelas lapisan pengisi pori-pori kayu sampai tidak berbekas. 

Tinggal tidak jauh dari base camp program persiapan kilat masuk PTN membuatku hanya perlu 3 menit untuk berjalan kaki. Dua kali seminggu selama 4 minggu aku mengikuti bimbingan dari para mahasiswa. Di tempat tersebut aku malah berkesempatan bertemu dengan 2 teman seangkatan dari SLTA-ku dulu. Mereka sudah menjadi mahasiswa.

Bagaimanakah proses program kilat ini? Bagiku setidaknya 8 kali pertemuan meningkatkan kepercayaan diri untuk siap mengikuti seleksi. Peserta seleksi berjumlah kurang dari 10 yang setiap pertemuannya tidak pernah lengkap. 

Sesi pertemuan pun tidak seserius yang kubayangkan. Salah satunya adalah candaan dan godaan beberapa peserta yang tidak bisa diam. Mereka mengomentari sepatu hak tinggi mahasiswi yang menjadi mentor dan berhasil membuatnya salah tingkah. 

Alhasil, suasana belajar pun serasa kerja kelompok. Belum lagi mentor yang diprotes peserta karena salah menerangkan atau bahkan bertanya pada peserta rumus yang tepat. Namanya juga program pengabdian tidak berbiaya, alias gratis. Mentoring ini bagiku menjadi selingan segar dari status sebagai tukang.

Yang sangat membantuku dalam persiapan seleksi PTN ini sebenarnya adalah justru toko buku ternama di seberang pusat perbelanjaan terbesar di kota Bandung saat itu. 

Pada tahun 90-an, jamak kalau melihat banyak pengunjung yang membaca buku di toko buku legendaris tersebut. Dari sekian banyak pengunjung toko, rasanya lebih banyak yang duduk, berdiri atau jongkok membaca buku dibandingkan yang menenteng buku ke kasir.Aku salah satu dari pengunjung setia itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun