Mohon tunggu...
Sim Chung Wei
Sim Chung Wei Mohon Tunggu... Guru - Guru

blog : castleofwisdom7.blogspot.com youtube : https://www.youtube.com/@castleofwisdom2442 ig : @simchungwei Saya pria, lahir di kota Tahu, Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 24 Desember , anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini berprofesi sebagai tenaga pendidik di salah satu sekolah swasta di Jakarta, dan merintis sebagai seorang penulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bulan Bahasa: Mengunjungi Pameran Lukisan Interpretasi Puisi

17 Oktober 2022   15:31 Diperbarui: 18 Oktober 2022   19:25 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanduk Puitika-RUPA-dokpri

Hari minggu, 16 Oktober 2022, sekitar pukul 10 pagi saya berencana pergi ke perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka. Tanpa di rencanakan, saya secara spontan membelokkan arah motor ke tempat parkir Museum Kebangkitan Nasional, yang terletak di jalan Abdur Rachman Saleh, Jakarta Pusat.   Di parkiran saya melihat beberapa motor terpakirkan dan sekelompok siswa sedang mengantri membeli tiket ,  di gerbang masuk museum.

Setelah saya membeli tiket masuk seharga dua ribu Rupiah, dan saya melangkah masuk, tiba-tiba saya merasa tersedot lorong waktu yang membawa saya ke masa lampau.  Atmosfir yang berbeda menyelimuti diri ini, ditambah saat itu yang saya lihat hanya bangunan dan sekelompok siswa. Setelah berkeliling, saya sempat tertarik untk melangkah ke bagian tengah kompleh yang bebentuk persegi dengan bagian tengah ada lapangan luas dan beberapa bangunan. Salah satunya Aula Kebangkitan Nasional, yang saat saya berkunjng sedang belangsung PUITIKA (pameran Lukis Interpretasi Puisi), dalam rangka memperingati bulan Bahasa.

Setika melangkah masuk ke dalam Aula yang tetap mempertahakan bentuk aslinya, saya menikmati pengalaman baru. Bagi saya melihat dan mengamati lukisan yang mengintepretasi sebuah puisi, merupakan pengalaman pertama bagi saya. Ternyata dengan melihat lukisan tersebut bisa membantu kita memahami sebuah puisi,  ada juga beberapa lukisan yang memberikan pandangan lain terhadap sebuah puisi. Puisi yang diinterpretasikan merupakan puisi-puisi dari pjangan terkenal

Satu hal yang unik dan menarik saat saya melihat lihat adalah satu psi karya Sapardi Djoko Darmato yang berjudul "Yang Fana adalah waktu" dilukis oleh Widya Edelwis dan pelukis lain, dengan hasil lukisan yang berbeda karena cara pandang berbeda terhadap sebuah puisi yang sama.

Lukisan Yang Fana adalah Waktu- Karya Widya Edelwis-dok-pri
Lukisan Yang Fana adalah Waktu- Karya Widya Edelwis-dok-pri

Yang Fana adalah Waktu
Karya : Sapardi Djoko Darmono
 
Yang fana adalah waktu. Kita Abadi:  
Memungut detik demi detik, merangkainya
seperti bunga sampai pada suatu hari  
kita lupa untuk apa.  

"Tapi,  
yang fana adalah waktu, bukan?"  
tanyamu. Kita abadi.

1978


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puisi Yang Fana adalah Waktu karya Sapardi Djoko Damono "

Lukisan
Lukisan "Jakarta Dinihari 17 Agustus 45-Karya Firtarina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun