Mohon tunggu...
Siman
Siman Mohon Tunggu... Guru - Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar, Setiap Langkah adalah Ibadah

Guru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

DL, Menanamkan Kemandirian Belajar Siswa

22 Februari 2022   22:15 Diperbarui: 22 Februari 2022   22:27 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri: siswa wawancara  untuk mengumpulkan informasi

Wabah Coronavirus Desease (covid-19)  yang merebak lagi. Akibatnya sejumlah sekolah melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) lagi. Ada tantangan bagi lembaga pendidikan khusunya kepada guru. Sesuai Surat Edaran menteri pendidikan No. 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19  semua  siswa belajar dari rumah melalui daring atau  PJJ. PJJ dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa walaupun dalam suasana pandemi, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum.

Namun demikian, realita menunjukkan bahwa pelaksanaan PJJ mengalami banyak kendala. Kendala bukan saja dialami siswa namun dialami oleh guru, siswa, maupun orang tua. Kendala tersebut menyebabkan PJJ tidak berjalan secara maksimal. Bahkan PJJ yang terlalu lama dapat menambah Learning loss.  

Berdasarkan survei yang dilakukan guru menunjukan bahwa kendala yang dialami  siswa sangant bervariatif. Guru menanyakan "Apakah ada kendala yang dialami dalam mengikuti PJJ?. Pertanyaan tersebut kemudian dijawab 138 siswa dari jumlah 190 siswa kelas 12. 138 jawaban siswa menunjukkan bahwa 76% siswa  mengalami kendala dalam mengikuti PJJ. Dan hanya 23.19% siswa yang menjawab bahwa PJJ tidak ada kendala. 

Kendala mereka berbeda-beda namun secara garis besanya dapat dikelompokkan sebagai berikut:  28.26% siswa kesulitan memahami materi ketika belajar sendiri di rumah tanpa bimbingan dari guru. 22,46% siswa mengalami kendala karena sinyal atau jaringan kurang bagus. 13.04 % terkendala karena paketan atau kuota habis. Dan alasan lainya 13,04 % (merasa malas, bangun kesiangan, sibuk membantu orang tua, tidak  bisa fokus, dan bosan menatap layar terus-menerus).

 Namun demikian guru tidak menyerah dalam menghadapi situasi pandemi covid 19. Guru  hendaknya berupaya untuk meminimalisir bertambahnya learning Loss. Guru perlu melakukan inovasi-inovasi agar PJJ dapat berjalan. Guru perlu memilih dan memilah metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.

Sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia, penulis menerapkan model pembelajaran Discovery Learning (DL) dalam pembelajaran materi teks cerita sejarah.  DL merupakan salah satu inovasi PJJ yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai kreativitas dan kemandirian belajar siswa.

Mengapa demikian dan bagaimana pelaksanaanya?  

Pertama,  DL merupakan model pembelajaran berbasis penemuan. Siswa secara aktif melakukan pengamatan untuk menemukan hal-hal yang baru. Kemudian mencatat hasil temuannya, menganalisis dan membuat kesimpulan secara mandiri. Guru mengawali pembelajaran dengan memberikan masalah yang bisa diselidiki siswa. Siswa diminta mencari informasi untuk memecahkan masalah.

Sebagai contoh dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis teks cerita sejarah  kelas XII. Siswa diberi tugas menulis teks cerita sejarah pribadi. Teks yang dikumpulkan kemudian disusun menjadi sebuah buku. Guru dapat menyusun menjadi beberapa bagian dan menambahkan prolog pada setiap bagian tersebut. Selain itu, guru atau kepala sekolah/madrasah juga dapat menambahkan kata pengantar. Kemudian buku tersebut diberi judul, misalnya "67 Kisah Inspiratif Anak SMA ( Buku berisi Suka Duka Anak SMA)" Dengan demikian bukan saja sikap kreativitas & kemandirian belajar siswa akan tumbuh melainkan kretifitas guru juga akan berkembang.

Kedua, pelaksanaan DL dimulai dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), hingga pengevaluasian (evaluating). Di tahap perencanaan, guru menentukan tujuan dan memilih materi yang sesuai. Tentu saja, dalam pemilihan materi pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa aspek, seperti kemampuan siswa dan aspek ketercapaian oleh siswa. Idealnya, materi/tugas PJJ tidak memberatkan siswa namun tujuan pembelajaran bisa dicapai.

Pada tahap pelaksanaan, peran guru menjadi fasilitator sangat penting. Pada konteks PJJ guru dapat membuat grup WhatsApp atau media sosial lainnya. Media ini dapat dijadikan sarana konsultasi seluas-luasnya bagi siswa. Hal ini untuk memberikan solusi kepada siswa jika mengalami kesulitan. Selain itu siswa diberi kebebasan membaca buku, wawancara, diskusi atau mencari literatur dari internet. Dan aktivitas belajar lainnya agar dapat menemukan informasi sebanyak-banyaknya sesuai materi yang dipilih. Di tahap ini, para siswa mulai belajar secara mandiri dan kolaborasi dengan temannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun