Kenaikan BBM atau bahan bakar minyak sudah sangat terdengar di telinga kita hingga saat ini. Perihal ini tentu menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.
Beberapa hari yang lalu maraknya kenaikan BBM dan banyak para mahasiswa maupun mayarakat yang unjuk rasa atas ketidakterimaan dengan BBM naik. Kenaikan harga bahan bakar minyak memang bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. Â Nah, BBM sendiri mempunyai arti yaitu bahan yang bisa diubah menjadi energy untuk memanipulasi. Penggunaan BBM sendiri tidak hanya terbatas pada kendaraan bermotor. Beberapa jenis BBM bahkan digunakan untuk jenis kendaraan lain seperti pesawat terbang. Â Pada bulan September 2022 ini banyak masyarakat dan para mahasiswa yang tidak terima dengan kenaikan BBM tersebut.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berjenis Pertalite, Solar, dan Pertamax pada 3 September 2022 yang lalu diprediksi oleh para ahli di bidang ekonomi akan menimbulkan dampak sistemik.
Kenaikan harga BBM subsidi Pertalite yang awalnya Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Harga solar subsidi yang awalnya Rp 5.150 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter. Tak ketinggalan, harga Pertamax non subsidi juga naik yang awalnya Rp12.500 per menjadi Rp14.500 per liter.
Pemerintah memberlakukan kenaikan harga bagi bahan bakar minyak berjenis Pertalite, Solar, dan Pertamax karena adanya desakan untuk menahan pembengkakan anggaran subsidi. Keputusan ini dipandang beberapa ahli ekonomi merupakan hal yang paling mungkin untuk dilakukan karena sulitnya menerapkan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi.
Kenaikan BBM yang diumumkan oleh pemerintah dapatkan penolakan dari sejumlah elemen masyarakat, sebelumnya presiden Jokowi mengungkapkan pada Sabtu, 3 September 2022. Mahasiswa dan buruh menggelar aksi untuk protes kenaikan harga BBM. Mereka menggelar aksi di gedung MPR/DPR. Unjuk rasa tersebut akan terus bergulir di berbagai daerah sampai harga BBM turun.
Alasan pemerintah menaikkan harga BBM yang dipicu oleh semakin besarnya beban subsidi dan ke tidak tepatan sasaran pemberian subsidi BBM, barangkali perlu ditinjau kembali. Jika pemerintah melihat subsidi sebagai sebuah beban, maka tentunya hal ini memang akan terasa memberatkan bahkan merugikan pemerintahan, tapi kenyataannya adanya subsidi ini adalah untuk membantu meringankan beban rakyat dan masyarakat, terlebih lagi setelah terjadinya Pandemi Covid 19 yang terjadi kurang lebih selama 2 tahun.
"Saat ini pemerintah membuat keputusan dalam situasi yang sulit. Ini adalah pilihan terakhir pemerintah yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM akan mengalami penyesuaian," ujar Jokowi, sebagaimana diberitakan Kompas.com, Sabtu (3/9/2022).
Keputusan ini dipandang beberapa ahli ekonomi merupakan hal yang paling mungkin untuk dilakukan karena sulitnya menerapkan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi. Pemerintah telah mengupayakan adanya pemantauan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi melalui aplikasi My Pertamina, namun penerapannya tentu tidak mudah sebab syarat-syarat atau kondisi yang diperlukan untuk menunjang kebijakan ini masih sulit untuk dipenuhi.
Beberapa hari setelah kenaikan harga bahan bakar minyak yang disubsidi oleh pemerintah, harga sejumlah komoditi pangan ikut naik. Komoditi pangan yang ikut mengalami kenaikan harga beberapa hari lalu adalah cabai rawit merah, cabai hijau, bawang putih, dan bawang merah. Bukan hal yang tidak mungkin, harga komoditi pangan yang lain juga turut naik. Situasi semacam ini memang hal yang klasik dan sudah pernah terjadi sebelumnya. Kenaikan harga umumnya berasal dari biaya penanganan sebelum barang siap untuk dikonsumsi, salah satunya adalah biaya distribusi.
Penyesuaian harga BBM yang merembet ke harga kebutuhan pokok sehari-hari tidak selalu diimbangi dengan penyesuaian pendapatan masyarakat. Beredar meme media social tentang si harga BBM yang naik tetapi tidak mengajak si upah atau gaji naik juga. Bahan candaan tersebut sangat menggambarkan realitas yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Dengan kondisi demikian, maka orang harus bersiasat mencukupkan penghasilannya dengan beban pengeluaran yang menggelembung.