Mohon tunggu...
silvia macicha
silvia macicha Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi makan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada! Perut Buncit Pada Anak Bukan Pertanda Sehat, Kenali Gejala Cacingan dan Bahayanya

27 September 2025   19:08 Diperbarui: 27 September 2025   19:07 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kematian tragis seorang balita bernama Raya (3) di Sukabumi menjadi sorotan tajam. Kisahnya viral di media sosial setelah diketahui bahwa Raya meninggal dunia dengan tubuh dipenuhi cacing gelang. Tidak diketahui pasti berapa tahun cacing tersebut bersarang di tubuh Raya, dikarenakan dari berbagai sumber mengatakan bahwa cacing tersebut sudah sampai ke otak Raya dan keluar melewati lubang hidung dan mulutnya dalam keadaan hidup. Banyak pihak merasa prihatin dan marah karena kasus ini, dikarenakan ayah Raya yang mengidap penyakit TBC dan ibunya dikabarkan memiliki gangguan kejiwaan. Kasus ini menyikap lapisan masalah kompleks yang mencakup isu kesehatan, sanitasi dan perlindungan anak di Indonesia.
 
Menurut berbagai laporan media, Raya berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang buruk. Keterbatasan ini membuat Raya tumbuh di lingkungan dengan sanitasi buruk, sering bermain di bawah kolong rumah panggung yang menjadi kandang ternak.
 
Gejala awal yang dialami Raya adalah batuk dan sesak napas yang berlangsung selama berbulan-bulan. Keluarganya tidak memiliki Kartu Keluarga atau BPJS, sehingga Raya tidak mendapat akses layanan kesehatan yang layak. Ia hanya diobati seadanya di rumah.
 
Kondisinya baru terungkap setelah relawan melihatnya dan membawanya ke rumah sakit. Namun, saat itu kondisi Raya sudah sangat kritis. Di rumah sakit, cacing-cacing hidup keluar dari hidung dan anus Raya. Berdasarkan laporan, total cacing yang ditemukan di tubuhnya mencapai sekitar satu kilogram, dan telah menyebar hingga ke paru-paru dan otak. Meski sudah mendapatkan perawatan intensif, nyawa Raya tak tertolong. Ia meninggal dunia pada 22 Juli 2025
 
Meskipun cacingan yang parah menjadi pemicu utama, Menteri Kesehatan menyatakan bahwa penyebab kematian Raya bukan hanya karena cacingan, melainkan infeksi berat atau sepsis yang dipicu oleh beberapa faktor. Kondisi malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi TBC yang diderita ayah Raya membuat daya tahan tubuhnya sangat lemah. Kombinasi ini memperparah infeksi cacing dan menyebarkanya ke organ vital hingga menyebabkan kematian.
 
Dokter yang merawat Raya menyebut bahwa pasien sudah dalam kondisi terminal saat tiba di rumah sakit. Kondisi ini menjadi pengingat bahwa deteksi dini dan akses cepat ke layanan kesehatan adalah kunci untuk mencegah kasus yang serupa.
 
Kasus kematian Raya memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Gubernur Jawa Barat. Berbagai pihak mengecam kelalaian pemerintah daerah, terutama perangkat desa yang dinilai gagal dalam memantau dam memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada warganya. Meskipun ada laporan bahwa bantuan makanan dan obat cacing sudah diberikan, namun lemahnya pengawasan dan pola asuh keluarga menjadi salah satu faktor penyebab kejadian tersebut.

Kematian Raya bukan hanya tragedi pribadi, melainkan cerminan dari kegagalan sistem perlindungan anak dan pelayanan kesehatan yang belum merata. Ini adalah peringatan bagi kita semua bahwa masalah kesehatan masyarakat yang dianggap remeh, seperti cacingan, dapat memiliki konsekuensi fatal jika tidak diiringi dengan akses, sanitasi, dan pola asuh yang memadai. Kasus ini seharusnya menjadi pemicu untuk perbaikan menyeluruh agar tidak ada lagi Raya- Raya lain yang menjadi korban.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun