Mohon tunggu...
Silvia Fibrianti
Silvia Fibrianti Mohon Tunggu... Hamba Allah SWT

Kuliner dan Traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gadget, Gengsi, dan Gali Lubang

19 April 2025   00:42 Diperbarui: 19 April 2025   00:42 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi orang sedang mengantri di Apple Store (Sumber: Canva)

Upgrade ponsel tiap tahun. Langganan semua platform. Beli smartwatch, tapi lupa jaga kesehatan. Kita mengoleksi teknologi, tapi kadang lupa: buat apa sebenarnya semua ini?

Teknologi menjanjikan hidup yang lebih mudah, lebih cepat, lebih efisien. Tapi di tengah gegap gempita inovasi, kita justru makin sering kehabisan waktu, perhatian, bahkan uang. Apakah kita benar-benar butuh semua fitur itu, atau hanya takut merasa ketinggalan?

Teknologi: Alat atau Identitas?

Dulu, orang beli ponsel karena butuh komunikasi. Sekarang, banyak yang membeli karena ingin terlihat relevan. Smartphone bukan sekadar alat, tapi statement. Earbuds yang menyatu dengan gaya. Laptop tipis sebagai simbol produktivitas. Jam tangan pintar yang sebenarnya jarang dipakai olahraga. Teknologi kini tak hanya menjawab kebutuhan. Ia menjual identitas. Kita tidak sekadar membeli perangkat. Kita membeli rasa diterima.

Upgrade Tanpa Henti, Tapi Untuk Apa?

Produsen tahu persis: manusia suka yang baru.
Maka tiap tahun, muncul versi "lebih canggih" dari yang kita punya. Sedikit lebih cepat. Kamera sedikit lebih tajam. Desain sedikit lebih tipis. Tapi apakah kita sungguh merasakan bedanya?

Banyak orang menguras tabungan atau mengambil cicilan untuk perangkat yang tak mengubah banyak hal, selain gengsi.

Kita jadi budak fear of missing out versi teknologi.

Kaya Teknologi, Miskin Fokus

Dengan semua kemudahan ini, kita seharusnya lebih produktif. Nyatanya? Kita justru semakin terdistraksi.
Notifikasi tak henti. Email dari 3 akun berbeda. Grup WhatsApp kantor, keluarga, alumni, dan komunitas, semuanya aktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun