Mohon tunggu...
Silvia Fibrianti
Silvia Fibrianti Mohon Tunggu... Hamba Allah SWT

Kuliner dan Traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tersesat di Minimarket: Arsitektur Retail yang Mengarahkan Perilaku Konsumen

12 April 2025   17:25 Diperbarui: 12 April 2025   17:25 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi Konsumen yang tersesat di Minimarket (Sumber: Canva)

Pernah merasa masuk ke minimarket cuma mau beli sabun, tapi keluar bawa cemilan, minuman dingin, dan kadang bahkan voucher game? Tenang, kamu tidak sendiri. Dalam dunia retail, pengalaman “tersesat di toko kecil” bukan kebetulan melainkan desain yang disengaja.

Tata Letak yang Tidak Pernah Netral

Dari pintu masuk, kita langsung dihadapkan dengan promo-promo segar: air mineral, camilan, atau sabun cuci dalam jumlah besar. Produk-produk kebutuhan utama (seperti beras, mie instan, atau perlengkapan mandi) justru diletakkan di bagian belakang.

Kenapa? Karena kamu harus melewati godaan-godaan lain dulu sebelum sampai ke apa yang kamu cari. Ini dikenal dengan istilah "decompression zone" area transisi yang mempersiapkan otak untuk mode belanja impulsif.

Lintasan Konsumen yang Disengaja

Minimarket didesain agar kita bergerak melingkar, bukan lurus. Alasannya? Supaya kamu melihat lebih banyak produk. Studi perilaku konsumen menyebutkan bahwa semakin banyak produk yang dilihat, semakin besar kemungkinan seseorang membeli sesuatu yang tidak ia rencanakan sebelumnya.

Minimarket bahkan kadang menyusun rak dengan tinggi tertentu agar penglihatan kita terblok sebagian, mendorong kita untuk “berjalan memutar”. Ini taktik halus, tapi sangat efektif.

Musik, Penerangan, dan Suasana ‘Aman’

Musik di minimarket sengaja diputar dalam tempo lambat dan volume rendah tujuannya untuk membuatmu rileks, tidak terburu-buru, dan membuka kemungkinan kamu berlama-lama di dalam.

Pencahayaan pun didesain terang, hangat, dan “rumahan”. Ini menciptakan ilusi kenyamanan dan keamanan, membuat kita lebih terbuka secara emosional dan cenderung bersikap permisif pada diri sendiri (“Ya udahlah beli es krim sekalian…”).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun