Mohon tunggu...
silvia dwi amalia fisip 2025
silvia dwi amalia fisip 2025 Mohon Tunggu... mahasiswa

mahasiswa jurusan pendidikan sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Gen Z dalam Menyuarakan Demonstrasi di Platform X

25 September 2025   16:47 Diperbarui: 25 September 2025   16:47 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://share.google/images/6auY4cqhF4XgqQRK9

"apakah demonstrasi hanya dilakukan dengan cara turun kejalan?".  hal ini kerap menjadi pertanyaan karena aksi turun kejalan merupakan simbol utama gerakan massa. tapi kini banyak platform yang menjadi wadah paling ramai untuk aspirasi dan protes. Gen Z adalah Generasi yang melek teknologi digital dan yang mengambil peranan penting yang dimana teknologi digital sangat penting dalam menyuarakan aspirasi sosial dan politik, salah satunya platform yang paling berpengaruh seperti platform x. 

Di dunia saat ini, aksi demosntrasi memiliki banyak rintangan, seperti menjaga kerumunan tetap terkendali dan berurusan dengan hal -hal keamanan. Platform X kemudian menjadi  alternatif tempat bagi masyarakat, terutama Gen Z, untuk terlibat. Sifat Gen Z yang paham teknologi memungkinkan mereka mengekspresikan opini mereka lebih cepat, lebih luas, dan dalam jumlah yang lebih besar melalui media ini.

Gen Z memanfaatkan platform x untuk menyebarkan informasi dan menggalang solidaritas publik. pengguna platform x umumnya menaikan tagar thread yang panjang , hingga konten kreatif dan unik. umumnya Gen Z menggunakan meme sebagai alat untuk menyebarkan opini. Menjadi sangat jelas bahwa hal ini terjadi dalam protes besar tahun 2025 tentang tunjangkan DPR, jelas dari sejumlah besar unggahan di platform X bahwa pendapat orang sekarang didengar di mana -mana, tidak hanya di dunia nyata tetapi juga online di mana mereka dapat menjangkau khalayak yang lebih luas. Gen Z, dengan kreativitas dan adaptasi cepat mereka, berhasil mengubah masalah tunjangan menjadi topik hangat untuk diskusi nasional dengan menggunakan tagar tren, video aksi massal, dan infografis yang mudah dipahami. Dalam hitungan jam, pandangan yang dimulai dalam kelompok -kelompok khusus dapat menyebar secara luas, menciptakan permintaan publik yang memengaruhi liputan media arus utama dan bahkan reaksi politik.tapi disisi lain sosial media juga memiliki risiko yang besar bagi para penggunanya seperti informasi yang tersebar seringkali disalahgunakan oleh oknum atau pengguna yang tidak bertanggung jawab dan "aktivisme instan", pada akhirnya memicu provokasi dan munculnya kubu baru.  

menurut data 2024 lebih dari 70% pengguna aktif platform x berusia 15-25 tahun, dan banyak diantaranya terlibat isu kampanye sosial digital. fenomena ini memunculkan adanya pergeseran cara generasi muda dalam berpartisipasi dalam isu politik dan sosial. dan yang baru baru ini memicu kemarahan publik adalah fenomena demonstrasi tujungan DPR Demo tunjangan DPR Agustus 2025 adalah contoh kehidupan nyata, jadi gagasan untuk memberikan tunjangan perumahan kepada anggota DPR hingga Rp 50 juta sebulan menyebabkan keributan besar, dengan orang-orang yang memprotes di mana-mana, dari jalanan hingga online platform X didengung dengan satu ton unggahan, tren tagar, dan video viral yang menangkap kerumunan besar-besaran di kerumunan besar-besaran di atas kerumunan orang di depan orang-orang di depan.Ulangi Gen Z adalah kunci dalam membawa topik ini ke dunia digital, memastikan pemerintah dan media arus utama tidak dapat mengabaikannya.

saya melihat keterlibatan Gen z pada platform x sebagai langkah baru yang positif. Pertama, ruang digital lebih egaliter dan menawarkan kesempatan bagi semua orang untuk mengekspresikan suara mereka. Kedua, kreativitas Gen Z membuat topik-topik penting lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh publik. Ketiga, elemen digital memungkinkan penggabungan cepat masalah lokal dengan perhatian global. Namun, tantangan yang muncul tidak bisa diabaikan. Tanpa literasi digital yang memadai, Gen Z berisiko menjadi korban informasi yang salah atau euforia yang tidak bertahan lama. Teori partisipasi politik digital menegaskan bahwa hasil yang sukses dari demonstrasi online harus didukung oleh pemahaman kritis dan tindakan nyata.

Tindakan preventif yang bersifat edukatif dan di tekan pada kelas paling dasar, yaitu di bangku sekolah, sampai pada level komunitas yang sehari-harinya dekat dengan remaja, selanjutnya diperkukuh dengan aksi sosial yang memang bersifat cross generational, ini adalah langkah yang sangat strategis. Dengan ini diharapkan Gen Z menjadi Critical Thinker yang bisa meretakan informasi, opinion leaders, dan dapat menganalisis sumber dengan baik. Ruang digital di mana mereka berada lebih lanjut diharapkan tidak hanya ''sehat'' tetapi juga lebih terarah jika di dalamnya para penggunanya memahami dengan baik konsekuensi dari setiap kata, gambar, dan video yang mereka bagikan. Mereka seharusnya tidak hanya bersikap passive bystander dalam konteks di mana disinformasi, hate speeches, atau manipulasi opini publik merajalela. Dalam konteks ini, demonstrasi digital yang selama ini terkotakkan dalam ketrenduan yang bersifat temporer, diharapkan bisa direproduksi di dalam konteks gerakan yang berkelanjutan dan sehat.  itu menjadi alat yang strategis bagi Gen Z dalam mengemukakan pendapatnya, memperjuangkan keadilan, dan merubah tatanan sosial yang benar-benar berarti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun