Mohon tunggu...
Silvi Fitri Utami
Silvi Fitri Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Silvi Fitri Utami 10120157 C6 S1 Manajemen Stie Stembi Bandung Business school

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghormati Pejuang

2 Desember 2020   01:19 Diperbarui: 2 Desember 2020   01:29 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TUGAS PENGGANTI UTS
MATA KULIAH : METODE PENULISAN KARYA ILMIAH
DOSEN : DR. SUPRIYADI, SE., M.SI

NAMA : SILVI FITRI UTAMI
NPM    : 10120157
KELAS: C6
PRODI: S1 MANAJEMEN

MENGHORMATI PEJUANG


Sejarah tidak akan lepas dari kata pejuang bagi bangsa ini, tentunya seorang pejuang atau pahlawan yang merupakan seseorang yang pantas kita hormati dan juga kita hargai. Merekalah para pejuang bangsa yang memperjuangkannya dengan air mata dan tumpahan darah.


Memang kita tidak melihatnya secara langsung akan tetapi, kita sebagai generasi penerus bangsa harus memberikan penghargaan dan juga rasa hormat yang tinggi kepada para pejuang, dengan cara memahami sejarah bangsa dan terus belajar serta mengimplementasikannya, kepada kehidupan kita sehari – hari dan tentunya juga bersama dengan masyarakat sekitar.


Menghormati dan menghargai seorang pejuang, sama saja kita membangun negara ini dengan pola pikir yang menuju masa depan Nusantara yang sejahtera. Karena, pada dasarnya seorang pejuang itu adalah bagian dari sejarah dan jika kita menghargai sejarah itu, dengan cara mengamalkannya pada kehidupan kita sehari-hari, maka kita juga berusaha untuk membangun bangsa ini.


Indonesia telah merdeka sejak 17 Agustus 1945, dimana teks proklamasi dikumandangkan oleh seorang bapak proklamator Indonesia, yaitu Ir. Soekarno yang didampingi oleh wakilnya sekaligus sahabat sejatinya dalam memperjuangkan Bangsa ini ialah Bung Hatta. Pada saat itu lah, Negara Kesatuan Republik Indonesia ini berdiri dan merdeka. Hal itu bukan semata-mata adalah hadiah pemberian dari Jepang, melainkan itu adalah sebuah perjuangan para pahlawan kita yang berjuang mati-matian demi kemerdekaan NKRI. Sudah terbukti,  bahwa kita lahir dan hidup di negara yang sudah diperjuangkan oleh para pejuang kita dahulu, tentunya kita harus senantiasa menjaga dan melestarikan budaya bangsa ini.


“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”, kata Bung Karno pada Hari Pahlawan, 10 November 1961. Setiap tahun kita diajak untuk mengenang jasa para pahlawan, baik yang nama-nama dan foto-fotonya kita kenal, maupun para pahlawan yang tak dikenal. Sekolah-sekolah mengadakan upacara bendera.  Di kampung-kampung, para pemuda membaca sajak “Krawang-Bekasi” dari Chairil Anwar. Dapat pula kita membaca novel “Di Tepi Kali Bekasi” dari Pramoedya Ananta Toer.

Menghormati jasa pahlawan tentu bukan hanya “mengenang masa lalu” selama sehari dalam setahun. Kita harus berterima kasih pada para pahlawan, yang memungkinkan kita setiap hari menghirup suasana yang merdeka, dapat belajar dan bekerja dalam suasana kebebasan.  Salah satu manfaat dari ditetapkannya figur-figur pahlawan dan penghormatan atas mereka pada hari pahlawan ialah agar generasi-generasi berikut dapat memiliki contoh keteladanan dalam hidup bersama.

Namun, bukankah zamannya sama sekali berbeda? Bukankah sekarang ini,  kita tidak lagi dijajah dan tidak dalam keadaan perang? Jadi, apa artinya meneladani para pahlawan? Sebagai bangsa merdeka yang hidup dalam suasana perdamaian, kita tetap dapat meneladani para pahlawan.  Untuk itu, kita melihat seorang pahlawan sebagai figur yang berhasil mengembangkan civic virtues (kebajikan seorang warga) dalam dirinya, sehingga rela mengorbankan kepentingan-diri bahkan hidupnya, dalam mengupayakan, mempertahankan atau membela kemerdekaan bangsanya. Maka dalam suasana kemerdekaan dan perdamaian seperti sekarang, kata kunci yang perlu digarisbawahi ialah civic virtue.”(Alois A.nugroho, 2003:9-10)

Perjuangan yang sudah diberikan oleh para pendahulu kita, tentunya tidak boleh kita sia-sia kan dan harus kita jaga. Tetapi, kita bisa lihat saat ini, dimana revolusi sudah berjalan terlihat pada teknologi yang sudah canggih, masyarakat sudah sedikit demi sedikit melupakan budaya bangsa sendiri, karena seiring berkembangnya zaman. Kita juga bisa melihat kerusakan alam, seperti exploitasi lahan oleh pihak asing yang sudah merajalela dan hal itu telah menyimpang dari ajaran leluhur kita yang sudah memperjuangkan bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun